Ahad 14 Sep 2025 05:30 WIB

Kiai Husein Ungkap Kezuhudan dan Sufisme Gus Dur  

Kiai Husein juga menghubungkan pemikiran Gus Dur dengan khazanah tasawuf klasik.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Pengunjung melintas didepan lukisan Gus Dur saat Pameran yang bertajuk Sang Maha Guru di Jakarta, Kamis (22/11). Pameran dari pelukis Nabila Dewi Gayatri (48) menampilkan 29 karya sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berjasa bagi Indonesia dalam kemajuan negara dan keberagaman serta pameran tersebut berlangsung hingga 30 November 2018 mendatang.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pengunjung melintas didepan lukisan Gus Dur saat Pameran yang bertajuk Sang Maha Guru di Jakarta, Kamis (22/11). Pameran dari pelukis Nabila Dewi Gayatri (48) menampilkan 29 karya sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berjasa bagi Indonesia dalam kemajuan negara dan keberagaman serta pameran tersebut berlangsung hingga 30 November 2018 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima belas tahun sudah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur berpulang, namun jejak pemikirannya tetap hidup, termasuk dalam dimensi tasawuf yang mewarnai sikap hidupnya. Hal ini dipotret dalam buku KH Husein Muhammad berjudul "Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur", yang diterbitkan LKiS Yogyakarta.

Buku setebal 164 halaman itu bukan sekadar catatan tentang Gus Dur sebagai Presiden RI keempat, melainkan menggambarkan sosoknya sebagai seorang zahid, orang yang memilih hidup sederhana, jauh dari kemewahan, meski pernah memegang tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini.

Baca Juga

Sebagai sahabat sekaligus murid Gus Dur, Kiai Husein mengungkapkan, Gus Dur tak memikirkan dirinya sendiri. Justru Gus Dur sepertinya tak peduli terhadap dirinya sendiri dan keluarganya, meski dia tetap mencintai dan menyayangi mereka. Manusia dan kemanusiaan adalah fokus pikiran dan perhatian utama Gus Dur.

Pengasuh Pondok Pesantren Dar at-Tauhid Arjawinangun ini menuturkan, kezuhudan Gus Dur tampak jelas baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Ia kerap melihat Gus Dur hanya mengenakan kaos sederhana dan celana di bawah lutut, jauh dari kesan glamor. Bahkan, saat menjabat presiden, gajinya sering diberikan kepada orang yang membutuhkan, termasuk kepada menterinya sendiri.

Selain menggali sisi pribadi, Kiai Husein juga menghubungkan pemikiran Gus Dur dengan khazanah tasawuf klasik. Ia menautkan gagasan Gus Dur dengan para sufi besar seperti Al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalaluddin Rumi, hingga Ibnu Athaillah. 

Kiai Husein menggambar sosok Gus Dur seperti kehidupan para sufi besar, yang selalu memilih mengutamakan jiwa, ruh dan bukan tubuh. 

Bagi Gus Dur, kata Kiai Husein, tempat di mana-mana sama saja, sebab tubuh sangat tergantung pada jiwa. Tubuh mengikuti jiwa, bukan sebaliknya. Tanpa jiwa, bentuk adalah benda padat yang tak berguna. 

Seorang sufi berkata, “Khudz al Lubb in Kunta min Uli al-Albab,” Ambillah saripati jika engkau seorang cendekia. Kadang, "kenikmatan tubuh sering melalaikan Tuhan," kata para sufi. (halaman 70).

Dari situ, terlihat bagaimana prinsip-prinsip sufistik seperti cinta kemanusiaan, pluralisme, dan kesederhanaan benar-benar hadir dalam praktik kehidupan sehari-hari Gus Dur.

Menurut Kiai Husein, pluralisme jauh lebih banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Gus Dur dibanding diwacanakan. Kalaupun ia diminta dalil agama, ia akan menyampaikan ayat suci Alquran ini, 

"Wahai manusia, Aku ciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kalian di mata-Ku, ialah orang yang paling bertaqwa kepada-Ku," (QS Al-Hujurat, [49]:12).

Buku Sang Zahid awalnya ditulis untuk memperingati 1000 hari wafatnya Gus Dur pada 30 Desember 2009. Namun isinya tetap relevan hingga kini, terutama bagi generasi modern yang kerap terjebak dalam gaya hidup bermegah-megahan.

Kezuhudan Gus Dur, menurut Buya Husein, adalah pelajaran berharga bahwa kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan spiritual untuk menjaga hati dari jebakan dunia yang fana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement