REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menegaskan di dalam Alquran, kaum Yahudi dan Nasrani sesungguhnya mengetahui kabar kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang terakhir (Khatam al-anbiya wal mursalin). Bahkan, mereka begitu familiar dalam mengenal beliau, selayaknya mengenal anak sendiri.
اَلَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡكِتٰبَ يَعۡرِفُوۡنَهٗ كَمَا يَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَهُمۡؕ وَاِنَّ فَرِيۡقًا مِّنۡهُمۡ لَيَكۡتُمُوۡنَ الۡحَـقَّ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ
“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya).” (QS al-Baqarah: 146).
اَ لَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡـكِتٰبَ يَعۡرِفُوۡنَهٗ كَمَا يَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَهُمُۘ اَ لَّذِيۡنَ خَسِرُوۡۤا اَنۡفُسَهُمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
“Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah)” (QS al-An’am: 20).
Fakhruddin ar-Razi di dalam kitab Mafatih Al-Ghaib menuturkan, pada suatu ketika Umar bin Khattab bertanya tentang sosok Nabi Muhammad SAW kepada Abdullah bin Salam, yang dahulunya pernah menjadi pemuka agama Yahudi.
Abdullah bin Salam pun menjawab, “Saya lebih mengenal sosok Muhammad ketimbang anak saya sendiri.”
"Bagaimana itu bisa terjadi?”
Abdullah menimpali, ”Sebab, saya sama sekali tidak pernah meragukan bahwa Muhammad memang seorang nabi utusan Allah. Adapun anak saya sendiri, saya tidak tahu apakah itu benar darah daging saya sendiri atau bukan.”
Mendengar itu, Umar merasa bangga. Sejarah mencatat, Abdullah bin Salam adalah seorang yang wafat dalam keadaan Muslim dan termasuk sahabat Nabi SAW.
Begitu keras upaya kaum Ahli Kitab dalam menyembunyikan berita tentang kedatangan Rasulullah SAW sebagai utusan Allah yang terakhir itu. Padahal, Taurat atau Kitab Perjanjian Lama telah mencantumkan petunjuk tentang kenabian beliau.
Misalnya, dalam Kitab Ulangan (33:2)—bagian dari Perjanjian Lama—disebutkan bahwa “Tuhan telah datang dari Tursina dan telah terbit bagi mereka dari Seir dan kelihatan ia dengan gemerlapan cahaya-Nya dari Gunung Paran.”
Teks itu sesungguhnya berbicara tentang kedatangan risalah Islam yang berpancar dari Makkah. Sebab, Gunung Paran menurut Kitab Kejadian (21:21) dalam Perjanjian Lama, adalah tempat Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim AS memperoleh air (Zamzam).
Dengan demikian, yang tercantum dalam Kitab Ulangan itu mengisyaratkan tempat terpancarnya ajaran Allah yang dibawa oleh nabi, yang datang dari tempat Nabi Ismail AS dan ibundanya mendapatkan air Zamzam.