Ahad 17 Aug 2025 07:01 WIB

Komunitas Keagamaan Dinilai Mampu Lahirkan Gerakan Penyelamatan Hutan

Indonesia menghadapi tantangan besar akibat deforestasi.

Peluncuran dan Lokakarya Panduan Ajaran Agama serta Buku Rumah Ibadah di PGI Pusat, Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Foto: Ist
Peluncuran dan Lokakarya Panduan Ajaran Agama serta Buku Rumah Ibadah di PGI Pusat, Jakarta, Sabtu (16/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia Dr Hayu Prabowo menegaskan, perubahan perilaku untuk menyelamatkan lingkungan membutuhkan suara moral yang kuat. Hayu menyoroti lebih dari 95% bencana di Indonesia berkaitan langsung dengan krisis iklim yang diperparah oleh deforestasi.

Menurut Hayu, gerakan lintas agama ini diharapkan mampu melahirkan kebijakan berbasis sains dan etika spiritual demi keberlanjutan hidup utamanya penyelamatan hutan.“Sains memberi kita data dan teknologi, tapi untuk menggerakkan masyarakat, kita butuh kekuatan nilai-nilai agama,” ujar dia lewat keterangan tertulis, Sabtu (16/8/2025).

Baca Juga

Pernyataan ini disampaikan Hayu saat Peluncuran dan Lokakarya Panduan Ajaran Agama serta Buku Rumah Ibadah, yang digelar secara hybrid di Gedung PGI Pusat, GRHA Oikoumene, Jakarta dan melalui Zoom yang diselenggarakan IRI bekerja sama dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).  Kegiatan ini menghadirkan pengurus pusat, wilayah,  PGI dan tokoh keagamaan Protestan untuk memperkuat peran institusi keagamaan dalam perlindungan hutan tropis serta pengakuan hak masyarakat adat.

Kegiatan dibuka dengan sambutan Pdt. Johan Kristantara  sebagai Advisory Council IRI Indonesia yang mewakili PGI, Dr. Hayu Prabowo, National Facilitator IRI Indonesia, dan Pdt.  Jacklevyn Frits Manuputty, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, yang ketiganya menekankan pentingnya sinergi rumah ibadah dengan gerakan pelestarian lingkungan khususnya hutan tropis yang berbasis nilai-nilai spiritual.

Dalam sambutannya, Pdt. Johan Kristantara menegaskan, bagi umat Kristiani, menjaga hutan merupakan panggilan Tuhan adalah sebuah mandat untuk memelihara, bukan kesempatan untuk mengeksploitasi. Ia menambahkan, gereja dan rumah ibadah seharusnya menjadi pusat teladan dalam kepedulian ekologis. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan melalui pengajaran, dimulai dari hal-hal sederhana seperti pola konsumsi makanan dan minuman, hingga membentuk pola pikir yang mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan.

photo
PTPN IV PalmCo mengusung pendekatan keberlanjutan dalam pengelolaan bisnisnya yang dimulai dari perlindungan kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value/HCV). Subholding dari PTPN III (Persero) ini mengelola lebih dari 14 ribu hektare kawasan HCV yang tersebar pada 96 lokasi di Sumatera dan Kalimantan. - (Ist)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement