Ahad 17 Aug 2025 05:02 WIB

Penjelasan Soal Infaq dari Pihak Keluarga dan Ustadz di Lingkungan Pengajian Umi Cinta

Berdasarkan pantauan, situasi di sekitar rumah Umi Cinta kini tampak sepi.

Rep: Mg160/ Red: Andri Saubani
Lokasi pengajian Umi Cinta di Perumahan Dukuh Zamrud, Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.
Foto: Republika/Mg160
Lokasi pengajian Umi Cinta di Perumahan Dukuh Zamrud, Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Putri Yeni atau yang kerap disebut Umi Cinta menjadi sorotan publik lantaran kegiatan mengajinya dirumorkan menjanjikan surga seharga Rp 1 juta. Namanya menjadi perbincangan hangat karena isunya menyangkut soal agama. Isu ini viral di media sosial dengan menyoroti jamaahnya yang baru selesai pengajian dan keluar dari rumah Umi Cinta.

Republika pada Jumat (15/8/25) coba mereportase lokasi pengajiannya di Perumahan Dukuh Zamrud, Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, di mana tempat tersebut merupakan rumahnya sering dijadikan tempat mengaji bersama jamaahnya setiap Ahad pagi.

Baca Juga

Berdasarkan pantauan, situasi di sekitar rumah Umi Cinta tampak sepi. Gerbang rumahnya tertutup rapat, namun pintu rumah lantai satu dan dua terbuka. Spanduk penolakan yang sebelumnya terpasang di depan rumah dan di beberapa titik sudah diturunkan.

Chairul (56), perwakilan keluarga yang mengikuti pengajian Umi Cinta, membantah isu bahwa jamaah diminta membayar Rp 1 juta untuk dijamin masuk surga. Dia menilai kabar tersebut sama sekali tidak sesuai kenyataan di lapangan.

“Karena kalau misalnya ada yang mau bayar sejuta, siapa sih yang nggak mau? Kalau masuk surga nggak usah shalat, nggak usah ngapain, berandal juga nggak apa-apa bunuh juga nggak apa-apa. Kalau bayar sejuta, kalau pasti masuk surga, pasti semua mau. Tapi ini kan nggak ada. Kenyataannya nggak ada,” kata Chairul saat ditemui Republika, Jumat, (15/8/25)

Chairul menegaskan bahwa tidak ada paksaan membayar apa pun dalam kegiatan mengajinya itu. “Nggak ada yang disuruh-suruh bayar. Cuma humor-humor saja. Infaq itu seikhlasnya, nggak dipaksa, kalau mau bayar, bayar. Kalau nggak mau, ya nggak apa-apa. Itu istilahnya infaq. Kalau sanggupnya seribu ya seribu, kalau nggak sanggup ya nggak usah,” ujarnya.

Menurut dia, Umi Cinta tidak pernah mematok harga untuk infaq, dan kabar yang beredar seperti minimal infaq Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu hanyalah rumor. Chairul menyebut pengajian Umi Cinta yang biasa dilakukan setiap Ahad pagi itu seperti membahas arti ayat-ayat Al-Qur’an.

“Cuma bahas ini surat apa, artinya apa, terus dijelaskan. Nggak ada pengajian seperti orang ngaji ramai-ramai itu,” katanya.

photo
Putri Yeni alias Umi Cinta (tengah) usai melakukan klarifikasi di Bekasi, Kamis (14/8/2025). - (Ist)

Ustaz Abdul Halim (54), tokoh agama setempat, membenarkan kabar soal pembayaran Rp 1 juta masuk surga hanyalah rumor. “Menurut pengakuan Ibu Yeni (Umi Cinta), nggak ada itu. Kegiatan di tempat beliau sifatnya belajar bersama. Ada yang membaca ayat, ada yang menjelaskan tajwid, beliau membacakan terjemahan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, klarifikasi sudah dilakukan di kantor kecamatan dengan dihadiri perwakilan warga dan aparat. “Setelah ada pengaduan warga, pemerintah mengadakan rapat di tingkat kota dan kecamatan. Ibu Yeni diundang, lalu beliau menjelaskan bahwa tidak ada ajaran sesat di pengajiannya. MUI juga menyampaikan tidak ditemukan indikasi kesesatan,” jelas Abdul Halim.

Ustaz Abdul Halim juga menanggapi tudingan bahwa pintu rumah Umi Cinta saat pengajian selalu tertutup rapat. “Beliau bilang pintu ditutup karena ruangannya ber-AC. Soal jamaah laki-laki dan perempuan dicampur, menurut Ibu Yeni, yang duduk berdampingan itu suami istri atau orang tua dengan anaknya. Katanya ada sekat juga,” ungkapnya.

Lebih jauh, rumor mengenai infaq yang mewajibkan jamaah membayar minimal Rp 50 ribu itu hanyalah cerita dari mulut ke mulut. “Nyatanya setelah kotak dibuka, ada yang isi Rp 2 ribu, Rp 5 ribu. Jadi memang tidak wajib,” ujarnya.

Sebelumnya, spanduk penolakan terpasang di beberapa titik RW 12, termasuk di depan rumah Umi Cinta. Setelah pemerintah menjamin kegiatan dihentikan sementara untuk menjaga kondusivitas, spanduk dicopot.

Menurut Abdul Halim, jamaah yang hadir tidak hanya warga sekitar, tetapi juga dari luar daerah. Bahkan ada yang menyewa rumah di komplek untuk bisa mengikuti pengajian, dengan jumlah pengikut pernah mencapai lebih dari 70 orang.

“Harapan saya, kalau warga menolak, ikuti saja keinginan mereka. Cari tempat yang semua pihak bisa terima, atau jauh dari pemukiman. Supaya kegiatan berjalan tanpa bikin resah,” tutup Abdul Halim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement