Kamis 24 Jul 2025 17:00 WIB

Analis Haaretz: Gaza Menang dan Israel Telah Kehilangan Dirinya Sendiri

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Aksi  tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga sipil Gaza yang terus menjadi korban dalam krisis kemanusiaan yang paling parah di abad ini. Dalam aksi bertajuk Stop Genocide, Peace Now ini menyerukan penghentian segera perang dan kekerasan terhadap warga sipil, serta mendesak dibukanya akses penuh bagi bantuan kemanusiaan yang selama ini dibatasi. Seruan ini menjadi bagian dari gelombang suara global yang menuntut perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia bagi warga sipil di Gaza.
Foto: Republika/Prayogi
Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga sipil Gaza yang terus menjadi korban dalam krisis kemanusiaan yang paling parah di abad ini. Dalam aksi bertajuk Stop Genocide, Peace Now ini menyerukan penghentian segera perang dan kekerasan terhadap warga sipil, serta mendesak dibukanya akses penuh bagi bantuan kemanusiaan yang selama ini dibatasi. Seruan ini menjadi bagian dari gelombang suara global yang menuntut perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia bagi warga sipil di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID,  TEL AVIV— Analis Haaretz, Tzvi Berel, menyatakan Gaza telah mencapai kemenangan eksistensial dan moral atas Israel.

Bukan hanya melalui perlawanan militernya, melainkan juga dengan membongkar struktur genetik negara dan masyarakat Israel yang mengancam keruntuhan internal tanpa memerlukan kudeta atau perubahan politik yang radikal.

Baca Juga

Pernyataan itu dia sampaikan merespons berkembangnya wacana di media-media Israel yang membenarkan perang pemusnahan dan kelaparan di Gaza.

Analis isu-isu Arab tersebut tersebut mengomentari pernyataan anggota Knesset Arab Ayman Odeh yang mengatakan "Gaza telah menang, Gaza akan menang."

Berel menyebut frasa ini bukan lagi slogan, melainkn kenyataan nyata yang telah terwujud setiap hari sejak pecahnya perang pada Oktober 2023.

Baik melalui pemandangan kematian, kehancuran, dan kelaparan di dalam Jalur Gaza, maupun melalui dampak perang yang mencabik-cabik Israel dari dalam.

Sementara wacana publik di Israel disibukkan dengan manifestasi keruntuhan demokrasi, penulis Israel ini percaya bahwa Jalur Gaza dengan korban, kelaparan, dan kehancurannya melakukan "modifikasi genetik" pada masyarakat Israel dan negara Israel, sehingga tidak perlu lagi ada kudeta internal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement