REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejak genosida Israel menyerang Gaza pada Oktober 2023 lalu, lebih dari satu perempuan dan anak perempuan terbunuh setiap jam. Laporan Euro-Med Human Rights Monitor menyebutkan bahwa hingga saat ini lebih dari 20.000 perempuan dan anak perempuan terbunuh di wilayah terkepung tersebut, lapor Quds News Network yang dikutip Republika di Jakarta.
Jumlah tersebut bukanlah sekadar angka. Mereka adalah anak perempuan, ibu, pelajar, pekerja, guru, dokter, hingga para pemimpin. Mereka memiliki perannya masing-masing.
Dalam laporan tersebut, dicatat bahwa terdapat 42.620 anak Palestina kehilangan orang tua atau setidaknya satu orang tua mereka terbunuh, di antaranya terdapat 6.500 anak yang kehilangan ibunya. Laporan itu menyebutkan bahwa ini luka yang tidak tersembuhkan bagi anak di manapun itu berda.
Saat ini, banyak ibu hamil yang melahirkan di tenda pengungsian atau di bangunan-bangunan yang telah dibom. Mereka adalah para ibu hamil dan sosok ibu baru yang terpaksa harus mengungsi. Terdapat lebih dari satu juta perempuan dan anak perempuan yang terpaksa mengungsi. Diantara mereka, ada 150.000 ibu hamil dan ibu baru. Laporan tersebut memperlihatkan bahwa melahirkan di Gaza adalah tindakan yang berbahaya karena mengancam jiwa.
Bukan hanya rumah, bangunan yang hancur di Gaza yaitu meliputi fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan ini sebanyak lebih dari 80%nya telah hancur. Itulah mengapa melahirkan di sini berbahaya karena minimnya fasilitas penunjang kelahiran.
