REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Ajang milangkala Majelis Musyawarah Sunda (MMS) ke-1 menjadi momentum para tokoh Sunda bertukar pikiran terkait kemajuan bangsa, Ahad (13/7/2025). Salah satu yang diusulkan dalam ajang tersebut, penambahan jumlah saudagar dan pembangunan ekonomi.
Peringatan MMS ke-1 dilangsungkan di Restoran Bumi Aki, Kota Bandung. Para tokoh Sunda yang hadir dalam ajang tersebut, di antaranya Burhanuddin Abdullah (gubernur BI 2003-2008), Prof Dr Latipul Hayat (Wamendikdasmen), Prof Dr Heri Hermansyah (Rektor UI), Dr Herman Suryatman (sekda Jabar), Buky Wibawa Karyaguna (ketua DPRD Jabar), Opong Otje Djundjunan/Ceu Popong (mantan anggota DPR RI), Nu’man Abdul Hakim (Wagub Jabar 2003-2008), Ahmad Heryawan (Gubernur 2008-2018), Laksamana Purn Ade Supandi (KASAL 2014-2018), Jumhur Hidayat (aktivis buruh), Abah Landoeng (sesepuh) dan Prof Asep Saefudin (Rektor Al-Azhar University Indonesia).
Pinisepuh I MMS Burhanuddin Abdullah mengatakan, 20 persen penduduk Indonesia merupakan suku bangsa Sunda. Namun, papar dia, orang Sunda belum sepenuhnya kuat karena sangat minim yang berprofesi sebagai pengusaha besar dan berpengaruh.
‘’Jumlahnya banyak tetapi seperti tidak berdampak secara nasional. Maka, dalam ultah pertama MMS ini, kita harus punya kelompok saudagar Sunda yang kuat dan berdampak,’’ ujar mantan Komut PT PLN tersebut. Dengan demikian, dalam perjalanan usia kedua, MMS harus fokus berkontribusi kepada bangsa di sektor ekonomi, pendidikan, dan lainnya.
Sekda Jabar Herman Suryatman menyebutkan, suku Sunda dengan penduduk terbanyak Indonesia adalah jaminan mumpuni, terutama dari sisi kualitas sumber daya manusia. ‘’Namun jangan lupakan juga di waktu yang sama, tantangannya sangat banyak,’’ ujarnya.
Misalnya dari tingkat pengangguran terbuka dan rasio gini yang tertinggi. Pihaknya mengapresiasi kehadiran MMS, khususnya dalam menghadapi tantangan tersebut. Herman menyatakan, dalam menghadapi masalah tersebut, semua kelompok harus tergabung dalam super team, bukan superman.
Rektor UI yang berasal dari Sukabumi, Prof Heri Hermansyah mengatakan, MMS harus mampu menjadi pengikat soliditas dan akselerasi kemajuan masyarakat Sunda. ‘’Kita harus perbanyak saudagar. Dan MMS itu UI, unggul dan impactfull, untuk Jawa Barat,’’ pesannya.
Ketua Panata Gawe MMS Andri P Kantaprawira menyambut baik seluruh advokasi tersebut, seraya menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen yang telah terlibat MMS selama satu tahun terakhir. Kata dia, saatnya MMS melangkah lebih konkret.
Gagasan hebat perlu dijelmakan menjadi program nyata, terukur, dan dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Dia menegaskan, masukan dari para pinisepuh dan anggota MMS menjadi bahan penting dalam mematangkan program-program strategis menuju konsolidasi tahun kedua. MMS lahir sebagai jawaban atas kebutuhan akan wadah strategis masyarakat Sunda lintas bidang yang menjunjung nilai silih asah, silih asih, silih asuh.
Pada 8 Juli 2025 lalu, MMS genap satu tahun. MMS berdiri sebagai ruang silaturahmi, rembuk gagasan, dan katalis sinergi bagi masyarakat Jabar, Banten, DKI Jakarta, Sunda perantauan, dan Sunda diaspora.
Dalam satu tahun perjalanan, MMS telah membentuk forum-forum tematik yang menjangkau isu budaya, pendidikan, kebijakan publik, hingga ekonomi kerakyatan. Adapun elemen organisasi terdiri dari pinisepuh (13 presidium), panata pikir (Dewan Pakar), dan panata gawe (badan pekerja).