REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memperkuat upaya deteksi dini potensi konflik sosial keagamaan sebagai upaya memperkuat persatuan dan kesatuan serta kerukunan umat beragama.
"Ini penting kami lakukan, karena berdasarkan fakta sosial selama ini, konflik sosial cenderung dipicu oleh klaim kebenaran berlebihan dan kurangnya dialog keagamaan," kata Kepala Kemenag Sumenep Abdul Wasid, di Sumenep, Rabu.
Oleh karena itu, upaya untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang toleran, inklusif, dan menghargai perbedaan pandangan dalam pemahaman beragama perlu dilakukan.
Hal itu perlu dilakukan terutama bagi penyuluh agama, juru dakwah, tokoh agama, serta pengurus dan ketua organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan.
"Untuk bisa melakukan deteksi dini atas potensi konflik sosial bernuansa agama ini, maka perlu dilakukan pelatihan dan pemahaman terhadap para pihak yang memiliki peran penting di bidang keagamaan," katanya.
Selain itu, upaya deteksi dini kepada masyarakat juga harus dilakukan, sehingga tercipta pemahaman yang utuh, dan bisa mengetahui cara melakukan antisipasi atas potensi konflik yang terjadi di masyarakat.
Ia menuturkan salah satu upaya yang telah dilakukan institusi ini adalah menggelar pelatihan dan pendidikan secara berkesinambungan dan diskusi terarah.
"Untuk diklat ini, kami gelar secara berkelanjutan di semua kecamatan, sedangkan diskusi terarah bersifat insidentil," katanya.