Jumat 20 Jun 2025 23:59 WIB

Analisis Pakar soal 14 Pesawat Kargo AS-Jerman di Israel  

14 pesawat kargo yang penuh dengan peralatan militer tiba di Israel.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Warga Israel menjalani pemeriksaan keamanan di terminal keberangkatan di pelabuhan utama Siprus di Limassol tempat mereka akan menaiki kapal pesiar Israel Crown Iris untuk kembali ke Israel, Kamis (19/6/2025).
Foto: AP Photo/Petros Karadjias
Warga Israel menjalani pemeriksaan keamanan di terminal keberangkatan di pelabuhan utama Siprus di Limassol tempat mereka akan menaiki kapal pesiar Israel Crown Iris untuk kembali ke Israel, Kamis (19/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dina Sulaeman menanggapi mendaratnya 14 pesawat kargo dari Amerika Serikat dan Jerman di Israel yang disebut-sebut berisi logistik militer dan alat utama sistem senjata (alutsista). Dia menilai langkah ini menunjukkan lemahnya kekuatan militer Israel. 

"Ini menunjukkan bahwa Israel yang pertama, Israel itu lemah," ujar Dina kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara Forum Kramat yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2025).

Baca Juga

Dia menjelaskan, selama ini Amerika Serikat sendiri menyatakan tidak terlibat dalam serangan ke Iran. Padahal, kata dia, sebenarnya Israel tidak akan melakukan serangan itu kalau tidak ada restu dari Amerika Serikat.

Menurut Dina, terdapat banyak indikasi yang menunjukkan dukungan nyata Amerika dalam serangan tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan pesawat tempur AS yang membantu pengisian bahan bakar jet-jet tempur Israel di udara saat perjalanan menuju Iran.

"Itu berarti secara langsung AS memberikan bantuan dalam serangan ini," ucap dia.

Lebih lanjut, Dina menjelaskan, adanya bantuan pesawat kargo dari AS dan Jerman ke Israel tersebut bukan hanya menunjukkan lemahnya Israel yang membutuhkan sokongan negara besar, tetapi juga membongkar kemunafikan negara-negara Barat.

"Ini membuktikan bahwa Amerika Serikat, Jerman, dan negara-negara Eropa Barat telah mengkhianati doktrin-doktrin HAM dan perdamaian yang selama ini mereka suarakan. Mereka hanya memilih-milih isu. Untuk Israel, mereka selalu memberikan lampu hijau untuk segala bentuk kejahatan," kata dia.

Dia menegaskan, opini publik di Eropa kini juga mulai bergeser. Mengutip hasil survei Pew Research Center pada Mei 2025, Dina mengatakan, kebencian masyarakat Eropa terhadap Israel meningkat drastis, menyusul tayangan langsung genosida di Gaza selama dua tahun terakhir.

"Kita harus bedakan antara pemerintah dan rakyatnya. Kalau rakyat, sekarang justru banyak yang mendukung Palestina dan bahkan mendukung Iran karena dianggap berani melawan Israel," jelas Dina.

Sebagai negara demokrasi, lanjut dia, tekanan opini publik di negara-negara Barat bisa menjadi pendorong perubahan kebijakan luar negeri yang lebih adil terhadap Palestina.

Lebih jauh, Dina pun menyerukan agar negara-negara Islam bersikap tegas. Ia menilai, tanpa harus mengangkat senjata, negara-negara Islam bisa menghentikan kekejaman Israel dengan memutus rantai ekonomi dan suplai logistik.

"Kalau negara-negara Islam ingin membantu, cukup hentikan suplai minyak, hentikan suplai makanan. Israel itu tidak mandiri secara ekonomi. Kalau suplai dari luar dihentikan, dia bisa lumpuh dan berhenti melakukan kejahatan kemanusiaan," kata Dina.

Sebelumnya, 14 pesawat kargo yang penuh dengan peralatan militer tiba di Israel di tengah konflik yang kian memanas di Timur Tengah.

Dalam pernyataannya pada Kamis (19/6/2025), Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Israel mengatakan, pengiriman peralatan militer itu, yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman, adalah bagian dari "jembatan udara dan laut" yang telah beroperasi sejak awal serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni.

Disebutkan pula bahwa peralatan militer itu dikirimkan untuk mendukung "kesiapan operasional" militer Israel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement