Rabu 18 Jun 2025 17:28 WIB

Laporan Intelijen: Tanpa Bantuan AS, Pertahanan Udara Israel Jatuh dalam 10 Hari ke depan

Kemampuan Israel mencegat rudal sudah mulai goyang pada pekan ini.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api dari bangunan yang terkena rudal Iran di Bnei Brak, Tel Aviv, Senin (16/6/2025). Serangan Iran membuat sejumlah bangunan di Israel hancur berantakan. Komando Front Dalam Negeri Israel mengatakan serangan Iran meluas dari Eilat di selatan hingga kota Naqoura di utara, tanpa sepenuhnya bisa dicegat sistem pertahanan udara.
Foto: AP Photo/Baz Ratner
Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api dari bangunan yang terkena rudal Iran di Bnei Brak, Tel Aviv, Senin (16/6/2025). Serangan Iran membuat sejumlah bangunan di Israel hancur berantakan. Komando Front Dalam Negeri Israel mengatakan serangan Iran meluas dari Eilat di selatan hingga kota Naqoura di utara, tanpa sepenuhnya bisa dicegat sistem pertahanan udara.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Sistem pertahanan udara Israel mungkin mendekati kehabisan tenaga. Tanpa pasokan baru atau keterlibatan militer Amerika Serikat (AS) yang lebih dalam, sistem pertahanan udara tersebut dapat goyah dalam waktu 10 hingga 12 hari jika Iran mempertahankan laju serangan rudal seperti saat ini. Hal tersebut dilaporan The Washington Post pada Selasa (17/6/2025), dengan mengutip penilaian dari intelijen Israel dan AS.

Menurut sebuah sumber, kemampuan Israel untuk mencegat rudal yang masuk dapat mulai berkurang sejak pekan ini. 

Baca Juga

“Mereka harus memilih apa yang ingin mereka cegat,” kata sumber tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama karena sensitivitas masalah ini. 

"Sistemnya sudah kewalahan,” katanya, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Rabu (18/6/2025).

Sementara para pejabat Israel mengklaim bahwa 90 persen dari sekitar 400 rudal yang diluncurkan oleh Iran sejauh ini telah dicegat, tanda-tanda kelelahan sistem sudah terlihat, kata The Washington Post. 

Pada Jumat lalu, rudal Iran melewati pertahanan Israel dan menghantam dekat markas besar Pasukan Pertahanan Israel di Tel Aviv. 

Pada Ahad, sebuah rudal melumpuhkan kilang minyak utama di dekat Haifa. Pada Selasa pagi, rekaman video yang telah diverifikasi menunjukkan empat serangan rudal di sekitar kompleks intelijen Israel di utara Tel Aviv, dengan satu serangan di dalam Kamp Moshe Dayan, rumah bagi intelijen militer Israel dan Unit 8200.

Sistem Arrow, garis pertahanan utama Israel terhadap rudal Iran, memiliki tantangan tersendiri. Setiap pencegat menelan biaya sekitar 3 juta Dolar AS (Rp 48,9 Miliar), menurut Tal Inbar, seorang ahli rudal Israel yang berafiliasi dengan Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal di Virginia, yang dikutip oleh  The Washington Post. 

“Ini bisa menjadi faktor dalam gencatan senjata,” kata Inbar, mengingat bagaimana Israel mengupayakan gencatan senjata dengan Hamas pada tahun 2014 hanya beberapa hari sebelum kehabisan pencegat.

“Dibandingkan dengan sistem Arrow, Iron Dome seperti menembakkan pistol 9 milimeter ke rudal Iran yang berat,” kata Inbar, mencatat keterbatasan sistem tingkat rendah Israel ketika menghadapi proyektil canggih Iran yang melaju dengan kecepatan hipersonik.

Terlepas dari klaim keberhasilan pertahanan Israel, media Iran telah menyiarkan rekaman beberapa dampak dan melaporkan pernyataan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) bahwa beberapa personel intelijen dan militer Israel tewas. Militer Israel belum menanggapi klaim tersebut.

Sementara itu, jumlah korban dari konflik yang meningkat terus bertambah. Pada Selasa, para pejabat Israel mengkonfirmasi kematian 24 warga sipil dan lebih dari 600 orang terluka akibat serangan Iran.

Sementara itu, Iran mengatakan bahwa 224 orang telah wafat dalam serangan Israel, termasuk serangan yang ditargetkan ke daerah-daerah padat penduduk dan bangunan-bangunan tempat tinggal.

Pada Senin, Israel mengebom markas besar lembaga penyiaran pemerintah Iran saat siaran berita langsung.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah bersumpah untuk melenyapkan corong propaganda Iran, sementara tentara Israel kemudian mengklaim bahwa mereka telah menghantam sebuah pusat komunikasi militer, meskipun tidak ada bukti kehadiran militer yang diberikan.

Karena Iran terus menargetkan infrastruktur dan pusat komando strategis Israel, keberlanjutan pertahanan rudal Israel kini berada di bawah pertanyaan serius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement