REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada paruh pertama abad ketujuh Masehi, kawasan Persia (Iran) mulai menjadi bagian dari daulah Islam. Sejak saat itu, semakin banyak orang-orang Iran yang berperan penting dalam syiar agama tauhid.
Tidak sedikit pula yang merupakan alim ulama dengan pengaruh besar. Salah seorang di antaranya ialah Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf al-Fairuzabadi asy-Syirazi asy-Syafi’i.
Tokoh dari abad ke-11 M ini lahir di Firuzabad, Fars --kini bagian dari Republik Islam Iran. Pada masa puncak kariernya, ia mengajar di Sekolah Nizamiyah, Baghdad. Karya-karyanya kerap menjadi rujukan, terutama dalam disiplin keilmuan fikih mazhab Syafii.
Di antara karya-karya pentingnya adalah Al-Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam asy-Syafi’i. Kitab tersebut begitu berpengaruh, baik pada masa kehidupan Abu Ishaq maupun sesudahnya. Banyak ulama yang kemudian menuliskan syarah terhadap kitab tersebut.
Selain itu, ia juga menulis banyak karangan. Untuk menyebutkan beberapa di antaranya, yakni At-Tanbih, An-Nukat, Al-Luma’, At-Tabshirah, Al-Mulakhkhash, dan Thabaqat Al-Fuqaha’.
Ia dikenal sebagai pribadi yang zuhud, tawadhu, dan dermawan. Abu Ishaq juga pernah bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Mimpi itu sangat berkesan baginya.
Sebab, dalam mimpi itu, ia disapa Rasulullah SAW dengan sebutan “syekh."
Mimpi yang penuh berkah
Abu Ishaq asy-Syairazi menuturkan pengalamannya itu. Suatu malam, ia tertidur. Dalam mimpinya, ia menjumpai Rasulullah SAW beserta dua orang sahabat terkemuka, yakni Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Betapa bahagia Abu Ishaq melihat sang insan mulia itu dan para kekasihnya.
Abu Ishaq kemudian berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, aku telah memperoleh banyak riwayat hadis yang bersumber dari engkau. Aku mengambilnya dari banyak ulama yang kepada mereka aku belajar. Maka, aku ingin sekali mendengarkan langsung sabda dari engkau, yang membuatku bahagia, baik di dunia maupun akhirat kelak.”
View this post on Instagram