REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan qurban, seperti kambing, domba, dan sapi. Namun, tak sedikit orang yang kurang tepat dalam menangani daging qurban, khususnya yang berkaitan dengan proses pengolahan dan penyimpanan. Hanya jika ditangani dengan benar, daging kurban bisa dikonsumsi dalam kondisi terbaik.

Salah satu kesalahan umum adalah membiarkan daging terlalu lama di udara terbuka setelah dipotong. Semakin lama daging dibiarkan, semakin besar kemungkinan mikroba tumbuh dan berkembang di permukaannya. Oleh karena itu, daging kurban sebaiknya segera dimasak atau disimpan di lemari pendingin.

Jika daging diterima dalam keadaan kotor, maka perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir sebelum dimasak. Namun, apabila daging sudah dalam kondisi bersih, sebaiknya langsung disimpan tanpa dicuci untuk menjaga kualitasnya.

Untuk penyimpanan jangka panjang, potong daging menjadi bagian kecil-kecil, lalu simpan dalam plastik bening dengan ukuran sekitar 1 kilogram. Penting untuk tidak langsung memasukkan daging ke dalam freezer. Biarkan daging terlebih dahulu “transit” di dalam kulkas selama 12 hingga 24 jam agar suhu dingin menyebar merata, baru kemudian dipindahkan ke freezer.

Selain itu, teknik pencairan (thawing) juga perlu diperhatikan. Daging beku sebaiknya tidak langsung dimasak. Biarkan tetap dalam plastik pembungkus, lalu rendam atau aliri dengan air keran bersuhu normal hingga kembali empuk. Setelah itu, buka plastiknya dan cuci daging sampai bersih menggunakan air mengalir.

Tak kalah penting, pemilihan hewan qurban juga harus cermat. Pastikan hewan sehat dan tidak berasal dari lingkungan yang kotor, misalnya dekat tempat pembuangan sampah. Penanganan yang tepat sejak awal akan menentukan kualitas dan keamanan daging qurban yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Teknik thawing

Seperti dilansir dari laman Dinas Peternakan Kabupaten Lebak, ada berbagai macam cara untuk menormalkan daging beku yang lama disimpan dalam freezer.

Ikuti Whatsapp Channel Republika