
Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, Jarum jam di Royal Clock Tower sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Bulan setengah di langit Makkah terlihat begitu jelas.
Di tengah kesyahduan malam, jamaah haji dari berbagai negara tak henti mengitari Kabah untuk melakukan tawaf, termasuk jamaah asal Indonesia
Kalimat 'Bismillahi Allahu Akbar' terdengar jelas ketika jamaah melintasi sisi Hajar Aswad. Mereka mengitari sebagaimana Malaikat mengelilingi Arsy.
Nurbayah (69 tahun) adalah salah satu jamaah haji yang menuntaskan ibadah umroh wajib malam itu. Di usianya yang tak lagi muda, lansia asal Bengkulu itu tetap kuat menjalankan ibadah meski hari sudah sangat larut dan menuju senja. "Berangkat sendiri ke Makkah," kata Nurbayah, Selasa (20/5/2025) pagi menuju senja.
Lantai Masjidil Haram di area Sai terasa dingin menggigit terasa hingga ke tulang. Banyak jamaah memilih menggunakan alas. Nurbayyah melangkahkah kaki perlahan menuntaskan rukun umroh itu selepas tawaf.
Hanya sekali ia beristirahat saat putaran kedua untuk minum air zam zam. Lantaran air dingin, ia tidak bisa meminum langsung, tapi dimasukkan terlebih dahulu ke dalam botol kecil.
Ia mengaku kuat jalan tawaf dan sai, tanpa kursi roda karena masih rajin ke sawah dan jalan kali. "Biasa jalan setiap pagi," ujar wanita dengan sembilan cucu itu.
Nurbayah sempat kebingungan malam itu karena tertinggal dengan seratusan anggota rombongannya yang lain. Ia hanya ditemani oleh teman sekamarnya, Azu. Keduanya bertemu petugas saat hendak melakukan Sai. "Tadi sempat bingung, alhamdulillah sekarang bisa tenang lagi," ujar Azu.
