Jumat 16 May 2025 05:23 WIB

Beratnya Jihad Abu Ayyub, Berperang di Medan Laga di Usia ke-80 Hingga Jadi Syuhada

Abu Ayyub menjadikan umurnya yang ke-80 sebagai ketaatan kepada Allah SWT.

ilustrasi jihad
Foto: tangkapan layar Rabithah Alawiyah
ilustrasi jihad

REPUBLIKA.CO.ID, Pada satu hari, Rasulullah SAW bertamu kepada Ummu Haraam binti Malhaan. Nabi akhir zaman itu tidur siang di rumah bibinya itu. Dia lantas terbangun dan tertawa. Wanita itu berkata, "Ada apa denganmu wahai Rasulullah? Apa yang membuatmu tertawa?"

Dia pun bersabda, "Aku baru saja melihat orang dari umatku mengarungi lautan berperang di jalan Allah, bagai raja di atas ranjang." Dia berkata, "Berdoalah kepada Allah agar aku salah satu di antaranya." Dia bersabda, "Kamu di antara mereka."

Baca Juga

Hari demi hari pun bergulir. Setelah Rasulullah SAW wafat dan masa kekhalifahan telah usai, tampuk kepemimpinan kaum Muslimin dipegang oleh Muawiyah. Dia menyerukan kepada bala tentaranya untuk berjihad di jalan Allah SWT.

Hingga sampai arah bidikan ke tanah Konstantinopel, sebuah negeri Romawi yang amat sukar ditaklukkan. Mendengar seruan berjihad itu, seorang kakek uzur yang pernah mendengar hadis Nabi SAW di atas pun bergegas mengambil pedang dan tombaknya.

Siapakah kakek itu? Dia adalah Abu Ayyub al-Anshari, penduduk Madinah yang rumahnya ditunjuk unta Nabi SAW sebagai tempat tinggal sementara setelah berhijrah dari Makkah. Sejarah mencatat betapa Abu Ayyub memuliakan tamu agung itu. Abu Ayyub menyediakan makanan terlezat untuk Nabi SAW. Saat Nabi memilih untuk tidur di bawah agar dekat dengan masjid, Abu Ayyub tak bisa tidur semalaman karena merasa tak layak untuk tidur di atas Nabi.

Syekh Aidh al-Qarni menjelaskan, Abu Ayyub memuliakan Nabi SAW melebihi apa yang dilakukan seorang murid kepada gurunya, seorang Muslim kepada imam besar atau seorang pelayan kepada tamunya. Ketika Rasulullah SAW hendak keluar, Abu Ayyub memakaikan sandalnya ke kaki Nabi SAW. Dia berdiri untuk menerimanya dan berdiri saat hendak mengantarnya. Abu Ayyub pun menjadi koki di rumah selama Nabi SAW tidur di rumahnya.

Tak hanya menghormati Nabi SAW pada masa hidup, Abu Ayyub pun tetap mengikuti syariat dan ajarannya setelah Nabi SAW wafat. Abu Ayyub, lelaki yang lahir di Aljazair itu begitu merindukan syahid. Dia ingin hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

"Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka ..." (QS Ali Imran: 169-171).

photo
Mari kita meluruskan makna jihad, ilustrasi - ()

 

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement