REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hasil pemilu di Australia dan Kanada dinilai menunjukkan pemikiran yang selaras dengan Trumpisme atau kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin tidak disukai. Hal tersebut dinilai menjadi kesimpulan terkait hasil pemilu di Australia dan Kanada baru-baru ini.
Partai Buruh Australia pimpinan Perdana Menteri Anthony Albanese pada awal Mei berhasil memenangkan pemilu di Australia, sekaligus menjadi pemimpin Australia pertama yang memenangkan pemilu berturut-turut selama lebih dari dua dekade.
Media Bloomberg melaporkan bahwa hasil pemilu Negeri Kanguru itu dipandang sebagai teguran bagi Partai Liberal yang beraliran konservatif serta penolakan terhadap populisme ala Trump. Apalagi, Albanese kerap menuduh pihak oposisi meniru kebijakan Trump padahal para pemilih mencari kestabilan di masa tak menentu ini.
Laporan itu menyebutkan, Trump menjadi sorotan dalam kampanye Australia kali ini, terlebih dengan keputusan kepala negara AS itu untuk mengenakan tarif "timbal balik" 10 persen pada awal April, yang juga membebani perekonomian Australia. Padahal, Australia merupakan sekutu dekat AS.
Peter Dutton, pemimpin oposisi dari Partai Liberal Australia, membuat kesalahan dengan mencoba menggambarkan dirinya lebih dekat dengan Trump pada tahap awal kampanye.
Hal tersebut dilakukan Dutton dengan memuji presiden AS itu sebagai "cerdik" dan "pemikir besar," sambil mempromosikan beragam kebijakan Trump seperti memangkas ukuran pemerintah, serta mengakhiri sejumlah kebijakan yang bersifat sosial progresif.
Langkah itu ternyata malah membuat pemilih menjauh sehingga Dutton menjauhkan diri dari posisi Trump pada beberapa pekan terakhir. Namun, nasi telah menjadi bubur. Hasil pemilu Australia pun memperlihatkan keunggulan besar Buruh atas Liberal. Bahkan, Dutton sendiri juga terpaksa kehilangan kursinya di parlemen dalam pemilihan umum kali ini.
Ucapan selamat antara lain datang dari Perdana Menteri Kanada Mark Carney atas kemenangan yang diraih Partai Buruh melalui platform X pada Sabtu (3/5). "Di dunia yang semakin terpecah belah, Kanada dan Australia adalah mitra dekat dan sahabat yang paling dapat diandalkan," kata PM Carney yang baru terpilih kembali tersebut.

Hasil pemilu mirip
Hasil pemilu Australia juga mirip dengan pemilu di Kanada yang baru saja berlangsung pekan lalu, yang kembali dimenangkan pihak petahana yaitu Partai Liberal Kanada pimpinan Carney.
Baik di Australia maupun Kanada, kedua partai yang berkuasa di masing-masing negara (yaitu Buruh Australia dan Liberal Kanada), menurut sejumlah survei awalnya berada dalam posisi sulit karena perolehan suaranya diprediksi tertinggal jauh dari pihak oposisi.
BBC memberitakan bahwa memasuki tahun 2025, jajak pendapat memprediksi Partai Liberal Kanada hanya memperoleh 16 persen, atau jauh tertinggal dibandingkan dengan 45 persen untuk pihak oposisi yaitu Partai Konservatif pimpinan Pierre Poillievre, yang diprediksi akan meraih kemenangan telak.