Senin 21 Apr 2025 18:45 WIB

Bela Sungkawa Ketua MUI Atas Wafatnya Paus: Tokoh yang Perangi Penindasan

Paus dan Grand Syekh Al-Azhar memiliki perhatian akan isu perdamaian dan kemanusiaan.

Paus Fransiskus melihat instalasi Bintang Betlehem yang menampilkan patung bayi Yesus mengenakan keffiyeh Palestina di Aula Paulus VI Vatikan, Sabtu (7/12/2024). Instalasi ini dirancang oleh seniman Palestina Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi yang berasal dari Bethlehem, Palestina. Keffiyeh Palestina dipandang sebagai simbol nasional dan merupakan simbol perjuangan melawan pendudukan Israel.
Foto: REUTERS/Remo Casilli
Paus Fransiskus melihat instalasi Bintang Betlehem yang menampilkan patung bayi Yesus mengenakan keffiyeh Palestina di Aula Paulus VI Vatikan, Sabtu (7/12/2024). Instalasi ini dirancang oleh seniman Palestina Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi yang berasal dari Bethlehem, Palestina. Keffiyeh Palestina dipandang sebagai simbol nasional dan merupakan simbol perjuangan melawan pendudukan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya pemimpin Katolik Dunia Paus Fransiskus, pada Senin (21/4/2025).

Asrorun Niam berharap komitmen dan semangat perdamaian yang diperjuangkan Paus Fransiskus dapat tumbuh dan dilanjutkan menuju persaudaraan antarmanusia.

Baca Juga

"Paus Fransiskus dikenal sebagai salah satu tokoh agama yang memiliki komitmen kemanusiaan universal, mencintai sesama manusia, dan memerangi penindasan," ujar Asrorun Niam di Jakarta.

Niam mengenang sosok Paus yang membangun kesepahaman dengan Grand Syekh al-Azhar, Ahmed Al Tayyeb. Keduanya dilaporkan sempat hadir ke Indonesia.

Paus Fransiskus dan Ahmed Al Tayyeb memiliki nafas yang sama yakni memiliki perhatian terhadap isu perdamaian dan persaudaraan kemanusiaan. Keduanya menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia.

"Paus bersama Syeikh al-Azhar menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia untuk mendorong perdamaian umat Muslim-Kristen Katolik. Dan ini hal yang bersejarah, perlu untuk diterjemahkan secara operasional, dengan semangat kebersamaan, substantif, tidak sekedar seremoni dan artifisial," kata dia.

Komitmen itu, kata Niam, perlu dilanjutkan untuk menjadi jembatan persaudaraan kemanusiaan, terutama bagi tokoh kedua agama.

Di tengah genosida yang dilakukan Zionis, Paus juga vokal mengutuk penjajahan dan agresi brutal Israel terhadap bangsa Palestina.

"Komitmen anti penjajahan harus menjadi kesadaran kolektif kita, sebagai manusia beradab dan berbudaya. Perjuangan Palestina Merdeka adalah bagian dari tugas sejarah kemanusiaan yang harus terus diikhtiarkan setiap umat manusia beradab," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement