REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Sedikitnya 200 anak di Jalur Gaza meninggal sejak Selasa (18/3) akibat sederet serangan pasukan Israel, kata pejabat UNICEF di Gaza Rosalia Bollen.
"Sejak penembakan parah terjadi kembali pada 18 Maret pagi sampai saat ini, lebih dari 200 anak tewas," kata Bollen kepada penyiar Al Jazeera, Kamis (20/3).
Ia menambahkan bahwa ribuan anak mengalami luka parah dan rumah sakit di Jalur Gaza kewalahan akibat pertempuran dalam beberapa hari terakhir. Bollen mencatat bahwa blokade makanan di Jalur Gaza berdampak besar bagi para penduduk di sana, yang kehilangan akses, bahkan untuk kebutuhan pokok.
Pejabat UNICEF itu mengatakan tidak ada tempat aman yang tersisa di Jalur Gaza, bahkan untuk layanan darurat sekalipun. Pasukan Israel (IDF) kembali menggempur wilayah kantong tersebut pada Selasa.
Kantor pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu mengaku kembali menyerang Jalur Gaza untuk merespons Hamas yang menolak rencana Amerika Serikat untuk memperpanjang rezim gencatan senjata dan melanjutkan pembebasan tawanan.
Sudah lebih dari 700 warga Palestina terbunuh akibat serangan udara besar-besaran Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung sejak Selasa (18/3), demikian menurut Kementerian Kesehatan setempat.
"Jenazah 710 orang telah dievakuasi ke rumah-rumah sakit sejak Selasa, sementara sudah lebih dari 900 orang terluka," ucap juru bicara kementerian, Khalil Al-Dakran, pada Kamis.
