REPUBLIKA.CO.ID, Banyak pemudik yang harus menempuh perjalanan jauh demi pulang ke kampung halaman. Semasa hidupnya, Rasulullah SAW juga melakukan perjalanan jauh sebagai musafir untuk empat macam keperluan. Musafir untuk berhijrah, musafir untuk berjihad, berumrah, hingga berhaji.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Bekal Hidup Muslim mengungkapkan, bagaimana tuntunan saat melakukan perjalanan jauh sesuai sunah nabi. Rasulullah SAW biasa berangkat melakukan perjalanan pada pagi hari. Nabi SAW lebih suka pergi pada hari Kamis. Dia pun berdoa kepada Allah SWT agar umatnya diberi berkah pada pagi harinya.
Saat mengirim utusan delegasi atau pasukan tentara untuk safar dalam rangka jihad, Nabi SAW juga memberangkatkan mereka pada pagi hari. Nabi menganjurkan agar rombongan musafir berjumlah tiga orang dan salah satu diantaranya ditunjuk sebagai pemimpin.
Nabi SAW melarang seseorang bepergian jauh sendirian. Kata dia, jika pergi jauh sendirian adalah setan sedangkan jika pergi dua orang maka mereka sama saja dua setan. Ketika jumlah rombongan ada tiga orang, mereka adalah musafir sebenarnya.
Ketika bangkit hendak bepergian jauh, Nabi SAW selalu membaca doa, "Ya Allah, kepada-Mu aku menuju dan dengan- Mu aku berlindung. Ya Allah, cukupkan aku pada apa yang menjadi kebutuhanku dan dari apa yang tidak aku beri perhatian baginya. Ya Allah, bekali aku dengan ke takwaan dan ampunilah dosaku. Serta arahkan aku kepada kebaikan kemanapun aku menuju."
Ketika binatang tungganngannya telah menghampiri Nabi SAW, dia membaca bismillah ketika meletakkan kaki pada penyangganya. Saat berada di atas punggung kendaraannya, dia baru kembali membaca doa. "Segala puji bagi Allah, Maha suci Allah yang telah menundukkan (kendaraan) ini bagi kami sedang kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Tuhan kamilah akan dikembalikan,"Nabi melanjutkan doanya, "Segala puji bagi Allah, segala puji bagi Allah."
