REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang berpuasa memiliki kemuliaan di mata Allah SWT. Dalam salah satu sabda Nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah SWT lebih disukai daripada wangi minyak kasturi.
Diantara para pendapat ulama, ada yang menafsirkan, saat terjadi hari Kiamat, manusia dibangkitkan dari kubur. Ketika dibangkitkan, mulut manusia yang berpuasa tercium harum.
Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah alaih dalam Kitab Fadhilah Ramadhan menjelaskan, bau mulut karena lapar orang yang berpuasa, lebih disukai Allah SWT daripada wangi minyak kasturi. Para pensyarah hadits mengutarakan beberapa pendapat mengenai maksud lafadz tersebut.
Menurut Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah, ada tiga penafsiran yang diunggulkan.
Penafsiran pertama, di akhirat, Allah SWT akan mengganti bau mulut orang yang berpuasa tersebut dengan keharuman yang lebih harum dan lebih segar daripada wangi minyak kasturi. Maksud penafsiran ini sudah jelas, dan tidak jauh dari makna hadits di atas. Penafsiran demikian juga terdapat dalam Kitab Durrul Mantsur. Riwayat yang ada dalam Kitab Durrul Mantsur itu, sebagai pendukung penafsiran ini.
Penafsiran kedua, pada Hari Kiamat, saat manusia dibangkitkan dari kubur, ciri-ciri orang yang berpuasa adalah bau harum yang akan keluar dari mulut mereka, yang keharumannya melebihi harum minyak kasturi.
View this post on Instagram