Rabu 12 Mar 2025 19:55 WIB

Kisah Wakaf Utsman bin Affan

Hingga kini sumur yang diwakafkan Utsman bin Affan itu masih dapat dijumpai.

Utsman bin Affan
Foto: dok wiki
Utsman bin Affan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utsman bin Affan merupakan salah seorang sahabat utama Rasulullah SAW. Menantu Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang berhati lembut, pemalu, dan juga cerdas serta amat dermawan. Sifatnya yang antara lain suka memberi demi kemaslahatan masyarakat, itulah yang dikenang sejarah.

Sebut saja kisah tentang kaum Muslimin yang dilanda kekeringan. Saat itu, hanya beberapa sumur di Madinah yang mengandung air. Di antaranya adalah milik seorang Yahudi yang terkenal kikir.

Baca Juga

Beberapa Muslimin pun mengadu kepada Rasulullah SAW. Mereka mengabarkan, orang-orang yang hendak mengambil air dari sumur itu, mesti membeli kepada si Yahudi. Dengan cara tersebut, pengusaha Yahudi ini dapat meraup keuntungan yang sedemikian besar.

Kepada para sahabatnya, Rasulullah SAW memaklumkan harapannya. Bila ada seorang di antara mereka yang sanggup membeli sumur tersebut demi meringankan beban kaum Muslimin, utamanya dari kalangan Muhajirin yang hampir tak memiliki apa-apa di Madinah.

Mengetahui imbauan tersebut, segera Utsman bin Affan mendatangi Yahudi tersebut. Ternyata, Yahudi itu bersedia menjual separuh sumurnya, tetapi dengan harga yang amat tinggi--di luar batas kewajaran. Setelah tawar-menawar, maka disepakatilah harga 12 ribu dirham.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Itu pun dengan perjanjian, yakni sumur itu dalam satu hari merupakan hak si Yahudi. Adapun hari berikutnya, sumur yang sama menjadi haknya Utsman selaku pembeli.

Usai transaksi, Utsman mengabarkan hal tersebut kepada Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Betapa gembira mereka, sebab Utsman memberikan haknya atas sumur itu kepada segenap umat Islam.

Maka bila tiba hari giliran Utsman, kaum Muslimin bergegas mengambil air dari sumur itu. Malahan, cukup banyak yang sengaja menimba untuk mengisi persediaan air selama dua hari. Dengan begitu, pada hari berikutnya mereka tak perlu membeli air dari si Yahudi pemilik sumur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement