Rabu 05 Feb 2025 14:48 WIB

Guru Besar UI Analisis Keinginan Trump Kuasai Gaza

Trump Ingin mengambil alih Gaza.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Donald Trump
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), Prof Yon Machmudi mengungkapkan alasan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump  yang akan mengambil alih Gaza. Menurut dia, Gaza merupakan kawasan yang indah dan strategis, sehingga menjadi daya tarik bagi penjajah. 

"Ya Gaza itu kan sebetulnya wilayah yang sangat indah ya, ada pantai menghadap ke Mediterania wilayahnya subur, strategis, maka tentu menjadi kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri," ujar Prof Yon saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (5/2/2025). 

Baca Juga

Kendati demikian, lanjut dia, dalam kurun waktu yang sangat lama, Gaza telah diembargo, kemudian akses keluar juga ditutup di bawah pendudukan pemerintah Israel. 

"Nah setelah perang Israel di Gaza, Gaza itu kan hancur, lebur ya, dan tinggal tuing-tuing ya yang di dalamnya warga Palestina tinggal," ucap dia.

Maka, menurut dia, jika kemudian Trump berencana untuk mengambil alih Gaza, maka seharusnya memahami bahwa wilayah itu sudah dipukul oleh Israel dan tentara pendudukan sekarang harus meninggalkan wilayah itu. 

"Nah maka tentu harus dalam konteks ini, tidak bisa kemudian Trump mengambil alih justru menjadi derita baru ya bagi rakyat Palestina yang ada di Gaza," kata Yon. 

Menurut dia, pengusiran secara halus maupun secara paksa bagi rakyat Palestina untuk meninggalkan Gaza tidak bisa diterima, termasuk dengan alasan untuk rekonstruksi Gaza.  

"Maka rakyat Palestina harus tetap berada di wilayah, di Tanah Air mereka dan tidak boleh dipindahkan baik secara paksa maupun dengan cara-cara yang seakan-akan secara humanis padahal itu adalah pelanggaran terberat terhadap hak asasi manusia," jelas Yon. 

Karena itu, menurut dia, rencana Trump untuk menjajah Gaza harus ditolak oleh negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). 

"Rencana itu harus ditolak ya tetap bahwa pengelolaan Gaza harus dikembalikan kepada rakyat Palestina," ujar Yon. 

Dia menambahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memiliki kewajiban untuk memantau bagaimana realisasi penarikan pasukan Israel dari Gaza bisa dilakukan dan Gaza dikembalikan kepada rakyat Palestina. 

Bahkan, menurut dia,  semua rakyat Palestina yang menjadi pengungsi harus kembali ke wilayah yang diruduki oleh Israel. 

"Nah dari situlah akan dimulai rekonstruksi pembangunan dan saya yakin dunia Islam dan negara-negara Arab yang kaya itu akan membantu pemulihan Gaza apabila Gaza itu sendiri diserahkan kepada rakyat Palestina dan bukan dikuasai oleh Israel maupun juga Amerika," kata Yon. 

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan, pihaknya akan mengambil alih dan memiliki Gaza setelah memindahkan warga Palestina di tempat lain berdasarkan rencana pembangunan kembali Gaza. Trump mengeklaim, rencana tersebut dapat menjadikan daerah kantong itu "Riviera Timur Tengah".

Dalam pengumuman mengejutkan yang mengubah kebijakan AS selama beberapa dekade terhadap konflik Israel-Palestina, Trump mengatakan pada Selasa (4/2/2025),  pemerintahannya akan mempelopori rencana pembangunan ekonomi di daerah kantong itu. 

Rencana tersebut akan menyediakan lapangan kerja dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi penduduk di daerah itu.

"AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan mengerjakannya. Kami akan memilikinya," kata Trump di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement