Jumat 31 Jan 2025 15:36 WIB

Ditolak Dunia, Trump Ngotot Pindahkan Warga Gaza Palestina ke Negara Lain

Trump memaksa Mesir dan Yordania menerima warga Gaza Palestina.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
 Pendukung Presiden Donald Trump memgangkat tangannya saat Trump memberikan pidato.
Foto: Kenny Holston/The New York Times via AP
Pendukung Presiden Donald Trump memgangkat tangannya saat Trump memberikan pidato.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menegaskan usul kontroversialnya untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania. Dia bersikeras bahwa kedua negara tersebut akan mematuhi rencananya meskipun mereka telah berulang kali menolak.

"Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya, oke? Kami telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya," kata Trump kepada wartawan pada Kamis (30/1). Hal itu dia ungkapkan ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan langkah-langkah untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya.

Baca Juga

Akhir pekan lalu, Trump menyerukan agar Gaza “dibersihkan” dan warga Palestina dipindahkan ke Mesir serta Yordania, dengan menyebut wilayah tersebut sebagai “lokasi pembongkaran” akibat perang genosida Israel.

Namun, kedua negara dengan tegas menolak segala bentuk pemindahan atau pengusiran warga Palestina dari tanah mereka.

Usulan Trump itu mencuat setelah perjanjian gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari yang menangguhkan perang Israel.

Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Hampir 1.200 orang tewas pada 7 Oktober di Israel dan 250 orang dibawa ke Gaza sebagai sandera, menurut angka resmi.

Usulan Trump tersebut menuai kecaman luas, dengan para kritikus menyebutnya sebagai bentuk “pembersihan etnis” dan “kejahatan perang.”

Banyak negara di dunia Muslim dan Arab, serta beberapa negara Eropa seperti Prancis, dengan tegas menolak gagasan tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement