Kamis 26 Dec 2024 12:02 WIB

Harapan Pemimpin Dunia di Hari Natal, Begini Penjelasannya

Pemimpin dunia berharap natal jadi momentum perdamaian dunia.

Orang-orang berkumpul di sekitar pohon Natal yang dihiasi warna bendera nasional Ukraina di alun-alun Sophia di Kyiv, Ukraina, Jumat, 23 Desember 2022.
Foto: AP Photo/Felipe Dana
Orang-orang berkumpul di sekitar pohon Natal yang dihiasi warna bendera nasional Ukraina di alun-alun Sophia di Kyiv, Ukraina, Jumat, 23 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Natal pada hari ini, 25 Desember 2024, dirayakan oleh Umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk oleh para pemimpin negara.

Sayangnya, meski disambut gegap gempita, masih terdapat konflik dan gejolak di sejumlah negara yang menarik perhatian masyarakat dunia dan mendorong para pemimpin dunia untuk menyampaikan seruan dan harapannya selama Natal.

Baca Juga

Berikut adalah seruan dan harapan yang disampaikan oleh sejumlah pemimpin selama perayaan Natal 2024, dikutip dari berbagai sumber.

1. PM Inggris harapkan perdamaian di Timur Tengah

Perdana Menteri Inggris pada Selasa mengungkapkan harapannya terhadap terwujudnya perdamaian di Timur Tengah dan "masa depan yang lebih cerah bagi setiap orang" pada Natal kali ini.

"Natal ini, saya mengharapkan perdamaian, khususnya di Timur Tengah yang menjadi tempat lahirnya kisah Natal," kata Keir Starmer dalam pesan Natal pertamanya sebagai perdana menteri.

Ia mengatakan Natal adalah waktu bagi orang-orang untuk mengingatkan diri mereka sendiri tentang hal yang benar-benar penting: "Keluarga. Persahabatan. Dan persaudaraan di antara semua orang."

"Saya ingin melihat semua orang merasakan masa depan yang lebih baik dan cerah, serta merayakan hari-hari yang penuh kegembiraan dan keajaiban selama Natal," tambahnya.

Pernyataan PM Inggris itu disampaikan saat Kawasan Arab mengalami perkembangan signifikan yang menarik perhatian global, mulai dari genosida Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza, situasi keamanan di Lebanon di tengah pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata, dan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah.

Israel melanjutkan operasi darat berskala besar di Gaza utara sejak 5 Oktober untuk mencegah kelompok perlawanan Hamas Palestina berkumpul kembali. Namun, warga Palestina menuding Israel berusaha menduduki wilayah tersebut dan menggusur paksa penduduknya.

Sejak saat itu, tidak ada bantuan kemanusiaan yang cukup, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang diizinkan masuk ke daerah tersebut, sehingga menyebabkan penduduk yang di sana berada di ambang kelaparan yang mengancam.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement