Rabu 25 Dec 2024 12:22 WIB

Keutamaan Sifat Malu

Malu kepada Allah akan memunculkan sifat selalu menaati-Nya.

ILUSTRASI Malu adalah sebuah sifat terpuji dan merupakan akhlak baik menurut Islam.
Foto: Republika/Prayogi
ILUSTRASI Malu adalah sebuah sifat terpuji dan merupakan akhlak baik menurut Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anas bin Malik menceritakan, pada suatu saat, Rasulullah SAW mengundang para sahabat untuk menghadiri walimah pernikahan dengan istri beliau, Zainab binti Jahsyi. Acara sudah selesai, tetapi sebagian dari sahabat belum pulang.

Beliau merasa tidak enak untuk menyuruh mereka yang masih duduk berlama-lama di kediaman beliau agar segera pergi. Beliau sengaja mondar-mandir keluar masuk rumah sebagai isyarat kepada mereka agar segera meninggalkan rumah, tetapi mereka tidak memahaminya, sehingga Allah SWT menurunkan ayat berikut (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.” (QS al-Ahzab [33]: 53).

“Rasulullah SAW lebih pemalu dari seorang gadis perawan yang berada dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai (sesuatu), maka akan diketahui dari wajahnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ayat dan hadis di atas menerangkan tentang sifat malu yang dimiliki Rasulullah SAW. Selayaknya kita meneladani beliau dengan sifat malu tersebut.

Sifat malu adalah bagian dari iman, sebagaimana dikisahkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW berjalan melewati salah seorang sahabat dari kaum Anshar yang sedang memberi nasihat kepada saudaranya tentang malu. Beliau mendengar dan bersabda, “Biarkanlah dia (dengan sifat malunya itu) karena sesungguhnya malu itu bagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Allah lebih berhak untuk disegani (bersikap malu kepada-Nya) daripada terhadap orang lain.” (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Hadis di atas menerangkan bahwa kepada Allah SWT lebih utama daripada malu kepada orang lain. Malu kepada Allah SWT akan mendorong seseorang untuk selalu menaati-Nya, dalam keadaan di tengah khalayak ramai atau saat sendiri. Merupakan perwujudan dari mengenal Allah SWT dengan segala sifat Mahabesar-Nya. Menyadari bahwa Dia selalu melihat dan mengawasi apa yang dilakukan, juga mengetahui semua isi hati dan pikiran.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Sigit Indrijono
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement