REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Shalih bin Ahmad bin Hanbal (Anak Imam Hambali) menceritakan tentang kisah ayahnya yang terpaksa menerima uang pemberian dari Khalifah Al Mutawakkil sebesar 10 ribu dirham (Diperkirakan senilai Rp 43 juta saat ini). Namun, uang itu akhirnya habis dibagi-bagikan oleh Imam Ahmad kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dikisahkan, Imam Ahmad menerima surat dari Amirul Mukminin Al Mutawakkil.
"Abu Abdillah! Amirul Mukminin menyampaikan salam kepadamu dan berpesan, 'Aku ingin berada di dekatmu, mengais berkah dari doamu. Bersamaan dengan surat ini, aku kirimkan sepuluh ribu dirham untuk engkau jadikan bekal dalam perjalananmu."
Uutusan Amirul Mukminin kemudian menyerahkan sebuah kantong kepada Imam Ahmad bin Hanbal, berisi sekitar dua ratus dinar dan sisanya dirham. Namun, Imam Ahmad tidak menatap kantong berisi uang itu. Utusan Amirul Mukminin kemudian berkata, 'Besok kembali lagi untuk menanti keputusan anda.' Ia lantas pulang.
Menjelang Maghrib, Imam Ahmad berkata kepada anaknya, "Wahai Shalih! Ambillah ini dan simpanlah.'
Shalilh lalu meletakkan uang tersebut di dekat kepalanya, di bawah bantal, di atap rumah. Pada waktu sahur, Imam Ahmad memanggil Shalih.
Shalih pun bangun menghampiri ayahnya, dan Imam Ahmad berkata, "Aku tidak bisa tidur malam ini."
"Memangya ada apa, Ayah,?" tanya Imam Ahmad.
Imam Ahmad menjawab dengan tangisan lalu berkata, "Sejak lama aku menghindar dari mereka (Ahmad bin Hanbal tidak menyukai para khalifah dan selalu menolak hadiah-hadiah yang mereka berikan). Di penghujung usiaku, aku tertimpa ujian mereka. Aku bertekad untuk membagi-bagikan uang ini saat pagi nanti."
"Terserah Ayah saja." kata Shalih.
Imam Ahmad berkata, "Ambilkan timbangan, wahai Shalih!"
Setelah mengambil dinar dan dirham sepenuh dua telapak tangan, Imam AHmad berkata, "Bagi-bagikan ini untuk keturunan kaum Muhajirin dan Anshar!"
Setelah itu Imam Ahmad berkata, "Bagikan ini untuk keluarga Fulan, keluarga Fulan."
Begitu terus hingga semua uang habis. Kantong yang tadinya penuh dengan dinar dan dirham, kini habis. Shalih menyebut pahala mereka hanya Allah saja yang tahu.
Kemudian, salah seorang anak Shalih (Cucu Imam Ahmad) datang dan berkata kepada Shalih. "Ayah, beri aku satu dirham!"
Shalih pun berkata, "Nak! Kakekmu sudah menyedekahkan dinar-dinar dan dirham-dirham pada hari itu juga. Bahkan kantongnya pun disedekahkan."