REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama meluncurkan sebuah buku berjudul "Menjadi Guru Ala Nabi" yang menawarkan pendekatan pendidikan berbasis tradisi Islam.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag Thobib Al Asyhar mengatakan buku tersebut hadir sebagai jawaban atas kebutuhan untuk mengembalikan sistem pendidikan Islam yang berbasis pada nilai-nilai Alquran dan hadist-hadist Nabi yang relevan dengan teori pembelajaran modern.
"Bagaimana kita ingin mengembalikan sistem pendidikan Islam berbasis pada nilai-nilai Alquran dan hadits-hadits nabi," ujar Thobib dalam diskusi peluncuran buku di Jakarta, Jumat.
Thobib menjelaskan buku tersebut dilatarbelakangi oleh semangat untuk menggali kembali praktik-praktik pembelajaran yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW, para khalifah, dan tokoh-tokoh Islam lainnya.
Menurutnya, banyak prinsip pendidikan yang telah lama diterapkan dalam tradisi Islam, yang ternyata sangat relevan dengan teori-teori pembelajaran modern.
"Banyak praktik pembelajaran dan pendidikan yang ditunjukkan oleh Nabi dan para khalifahnya sangat relevan dengan konteks pembelajaran kekinian. Kami menggali Turats (kajian-kajian keislaman), yang sebenarnya sudah sangat kaya," kata Thobib.
Buku "Menjadi Guru Ala Nabi" mengangkat berbagai pendekatan dalam pendidikan yang telah lama dipraktikkan dalam tradisi Islam.
Misalnya, prinsip pembelajaran melalui bermain dan bercerita yang dikenal dengan pendekatan Montessori, yang ternyata sudah diterapkan dalam tradisi sufi melalui suhbah—proses bercengkerama dan bercerita sebelum memasuki materi pembelajaran.
"Dalam praktik Islam ternyata sudah dilaksanakan," kata Thobib.
Kemudian di pesantren ada tradisi Sorogan. Kata dia, Sorogan adalah praktik pembelajaran berbasis santri, di mana mereka mengembangkan metode berpikir kreatif dan berpikir kritis untuk mengembangkan kemampuan di dalam belajar.