REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Kemenangan akan diperoleh siapa yang bersabar,” demikian pepatah Arab. Kesabaran tidak melulu dipahami dalam konteks pasif. Orang yang sabar pun sejatinya aktif melakukan sesuatu, yakni sekurang-kurangnya menenangkan diri, untuk kemudian merumuskan langkah selanjutnya.
Karena itu, sifat sabar sering dikaitkan dengan ikhtiar. Dalam berproses, orang umumnya tidak dapat meraih tujuan secara seketika. Perlu kesabaran untuk menjalani tiap tahapan.
Dan, kehidupan merupakan proses terpanjang yang dijalani setiap insan di dunia ini. Surah al-Baqarah ayat 45 mengungkapkan kiat agar sukses menjalaninya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.”
Kuat mental
Karakteristik sabar dapat dikelompokkan menjadi lima cabang. Kelimanya adalah bersabar dalam ketaatan kepada Allah; menjauhi kemaksiatan; menerima dan menghadapi musibah; menuntut dan mengembangkan ilmu; serta bekerja dan berkarya. Bentuk-bentuk kesabaran itu berkaitan erat dengan ketahanan jiwa dan spiritual seseorang.
Alhasil, semakin pandai bersabar, mental orang tersebut pun kian terlatih. Dengan begitu, dirinya dapat lebih mudah fokus dalam menyusun rencana-rencana dalam hidup. Ia juga tidak kagetan saat dirinya diterpa masalah.
Bagi seorang Muslim, kesabaran berarti pula hati yang selalu terkoneksi dengan Allah. Dalam arti, dirinya mudah menyadari bahwa segala hal adalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Ia tidak merasa terbebani, selama usaha dan tujuannya semata-mata untuk meraih ridha-Nya.
Arah solusi