REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Jahal merupakan tokoh musyrik Quraisy yang sangat membenci Rasulullah SAW dan dakwah Islam. Dia berupaya mati-matian untuk mempermalukan Nabi Muhammad SAW, baik secara fisik maupun psikis.
Maka muncul ide dari benaknya. Abu Jahal lantas mengumpulkan orang-orang kafir. Mereka dimintanya untuk menjebak Rasulullah SAW agar masuk ke dalam lubang perangkap.
Caranya, Abu Jahal menyiapkan sebuah lubang besar tepat di depan rumahnya. Namun, bagian atas lubang itu ditutup dengan rumput kering dan pasir tipis, supaya tidak tampak jelas. Setiap hari, budaknya disuruh untuk mengawasi lubang jebakan itu. Pesannya lagi: ketika nanti Muhammad (SAW) jatuh terperosok ke dalamnya, maka segera lubang itu ditimbun dengan pasir.
Allah SWT menakdirkan rencana itu gagal. Awalnya, Abu Jahal mengabarkan kepada orang-orang bahwa dirinya terserang sakit parah. Hal itu sampai pada Rasullah SAW. Beliau pun berinisiatif untuk menjenguknya.
Begitu mendekati rumah Abu Jahal, Malaikat Jibril memberitahu beliau tentang keadaan pemuka Quraisy ini. Tenyata, Abu Jahal hanya berpura-pura sakit. Maksudnya tidak lain untuk mencelakakan Rasulullah SAW setibanya di rumahnya.
Nabi SAW kemudian hendak mengurungkan niatnya. Namun, Abu Jahal lebih dahulu menyadari kedatangan Nabi Muhammad SAW dari bilik rumahnya. Ketika melihat Rasul hendak kembali, Abu Jahal segera melompat dari tempat pembaringannya dan bergegas menghampiri.
Saat itulah, dia lupa akan jebakan yang telah dibuatnya. Maka terperosoklah Abu Jahal ke dalam lubang besar itu, yang sesungguhnya telah dipersiapkan sebagai jebakan untuk Rasul SAW.
Orang-orang musyrik yang mendengar teriakan Abu Jahal segera datang. Mereka mengulurkan tali ke dalam lubang besar itu. Namun, tali yang ada terlalu pendek, sehingga tak dapat digapai Abu Jahal.
Ketika tali disambung lagi, keadaannya tidak berubah. Abu Jahal tak dapat menjangkaunya. Begitu tali disambung, Abu Jahal semakin dalam terperosok ke lubang itu. Ini terus berulang.