REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikabulkannya doa merupakan salah satu pertanda dari kesalehan dan ketaatan seseorang hamba kepada Allah SWT. Tetapi tidak selalu demikian. Kadang Allah SWT mengabulkan doa seseorang hanyalah untuk mempertinggi tempat jatuhnya dan memperberat azab baginya.
Mengutip Vademecum Doa Mustajab karya 'Imad Hasan Abu 'Ainain, Iblis pun dikabulkan doanya. Yakni, ketika ia memohon kepada Allah agar dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat nanti.
"Iblis berkata, ‘(Kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.’ Allah berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” (QS Al Hijr: 36-37)
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Bagi setiap nabi ada satu doa mustajab yang dengannya ia dapat memohon (kepada Allah). Adapun aku sendiri ingin agar doaku itu aku simpan untuk menjadi syafaat bagi umatku nanti di akhirat" (HR Bukhari)
Perhatikanlah! Rasulullah SAW lebih mengutamakan mengakhirkan dikabulkan doa daripada menyegerakannya. Karena beliau melihat bahwa mengakhirkannya akan lebih diridhai oleh Allah dan lebih bermanfaat bagi umatnya.
Oleh sebab itu, bagi seorang Mukmin yang telah berusaha secara maksimal dengan mengambil anasir yang dapat menyebabkan doanya terkabul namun ternyata belum juga dikabulkan, hendaklah ia menyadari tiga perkara berikut:
Pertama, menyadari bahwa tugasnya hanyalah berusaha dengan mengambil sebab-sebab itu, sedangkan bagaimana hasilnya, itu hanyalah urusan Allah. Adapun usahanya mengambil sebab-sebab itu akan dihitung sebagai pahala oleh Allah SWT.
Kedua, menyadari bahwa Allah Mahabijaksana dalam segala hal. Di antara wujud kebijaksanaan-Nya adalah bahwa Dia selalu menempatkan sesuatu tepat pada tempatnya. Maka, boleh jadi pengabulan doa berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, sehingga Dia tidak melakukan itu.
Ketiga, janganlah sekali-kali berputus asa dari berdoa kepada Allah, karena Dia menyukai orang-orang yang senantiasa berdoa kepada-Nya, tanpa henti.
Di sini pula pentingnya sikap lapang dada dan berbaik sangka terhadap kehendak Allah. Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku’.” (HR Muslim).
Yakinlah bahwa “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS al-Baqarah: 286). Di samping itu, Dia telah menetapkan bahwa “sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan” (QS al-Insyirah: 5).