REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan penjajah Israel kembali menunjukkan perilaku terorisme di jalur Gaza Utara. Rumah Sakit Indonesia yang berada di Beit Lahiya menjadi salah satu tempat yang menjadi sasaran kebiadaban tentara zionis.
Mereka memborbardir dan memaksa para pasien, termasuk yang berada di unit perawatan intensif (ICU) untuk keluar dari rumah sakit. Dua pasien dilaporkan syahid akibat pengepungan tank-tank Israel, dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Informasi terbaru yang diperoleh Republika dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Israel telah membakar rumah sakit tersebut.
Seperti apa profil dan sejarah RS Indonesia yang dibangun sejak 2011 tersebut? RS Indonesia, merupakan bangunan rumah sakit empat lantai dengan satu basement. Luas total bangunan utama mencapai 12.672 m persegi dan kapasitas RS ialah 230 tempat tidur. Tanah RS Indonesia seluas 16.261 m2 merupakan wakaf dari pemerintah Palestina di Gaza.
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang berpusat di Jakarta, Indonesia, menyebut, dengan nama RS Indonesia, tersirat pesan bahwa RS ini merupakan sebuah simpul silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.
Semua sumber daya yang dikerahkan untuk mewujudkan fasilitas kesehatan tersebut berasal dari Indonesia. Dana pembangunan RS Indonesia yang mencapai Rp 126 miliar seluruhnya murni berasal dari sumbangan masyarakat Indonesia.
"Sebagian besar (donasi tersebut-Red) merupakan kalangan menengah ke bawah, tidak ada dana bantuan asing dan belum ada dana bantuan dari pemerintah Indonesia," tulis MER-C.
Dari sekian banyak ruangan, ada satu ruangan yang diberi nama 'Pembaca Republika'. Ruangan tersebut menjadi poli umum dan kerap disambangi warga Gaza untuk berobat.