Jumat 18 Oct 2024 15:51 WIB

Al-Qarawiyyin, Bukti Wakaf Lahirkan Peradaban

Al-Qarawiyyin adalah cikal bakal konsep universitas modern.

Masjid dan Kampus al-Qarawiyin, Fez Maroko
Foto: wikipedia.org
Masjid dan Kampus al-Qarawiyin, Fez Maroko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakaf merupakan instrumen yang efektif untuk membina peradaban. Cukup banyak, misalnya, institusi pendidikan tinggi di dunia Islam yang lahir dan terpelihara dengan baik berkat wakaf. Di antaranya adalah Universitas al-Qarawiyyin (Maroko), Universitas al-Azhar (Mesir), Zaytuna (Tunisia), dan Nizamiyyah (Persia). Sampai hari ini, warisan intelektual mereka masih terus berkontribusi meningkatkan kualitas kemanusiaan mondial.

Al-Qarawiyyin diakui sebagai cikal bakal konsep universitas modern. Awalnya, ia merupakan masjid yang berlokasi di Fez, Maroko. Sejak 859 Masehi, masjid ini meluas fungsinya menjadi pusat aktivitas belajar-mengajar untuk publik. Fatimah al-Fihri (wafat 880) merupakan sosok penting di balik pendirian Universitas al-Qarawiyyin. Putri saudagar Fez, Muhammad al-Fihri, mewariskan kekayaan dalam jumlah besar ketika orang tua dan saudara laki-lakinya wafat.

Baca Juga

Saat itu, Fatimah hanya tinggal dengan saudara perempuannya, Maryam. Dalam kondisi kaya raya, anak-anak al- Fihri itu tidak ingin menumpuk harta untuk kepentingan pribadi. Sebagai orang terpelajar, keduanya lebih suka menginvestasikan aset-aset tertentu milik keluarganya demi kebermanfaatan sosial.

Mereka memilih jalan wakaf. Maryam, antara lain, memutuskan untuk membangun Masjid al-Andalus di atas lahan miliknya di Fez. Sementara itu, di Fez pula pada 859 Fatimah mendirikan Masjid al-Qarawiyyin.

Masjid kerap menjadi pusat interaksi sosial. Fatimah tidak ingin Masjid al-Qarawiyyin sekadar tempat ibadah. Beberapa waktu setelah al-Qarawiyyin berdiri, dia berinisiatif menyumbangkan perpustakaan pribadi keluarganya untuk kepentingan publik, utamanya jamaah masjid. Perpustakaan itu merupakan salah satu yang termegah di Afrika Utara.

Berbagai kegiatan intelektual pun berlangsung semakin giat di sana. Awalnya masih berupa tradisional, yakni seorang alim duduk menerangkan suatu materi, sedangkan para murid duduk melingkar dan menyimaknya. Secara bertahap, aktivitas pendidikan kemudian terlembagakan sebagai Madrasah al-Qarawiyyin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement