REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah Rasulullah SAW selalu menghadapi pelbagai rintangan dan ancaman dari penguasa musyrik Makkah. Beberapa dari mereka menyerang langsung Nabi Muhammad SAW. Tidak sedikit pula yang menyiksa kaum Muslimin, terutama dari kalangan yang lemah seperti anak-anak, perempuan, dan budak.
Di antara mereka adalah seorang pria yang berjulukan "Firaun-nya umat Islam." Dialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
Pernah Abu Jahal berseru kepada kaumnya, "Wahai sekalian orang-orang Quraisy! Sesungguhnya Muhammad tidak akan mau berhenti dari mencela agama kita (menyembah berhala), mencaci-maki nenek moyang kita, dan membodoh-bodohkan sesembahan kita. Oleh karena itu, aku benar-benar bersumpah demi Allah. Au besok akan menghadang dia dengan membawa batu terbesar. Kalau dia (Muhammad SAW) bersujud dalam shalatnya di depan Ka'bah, maka aku akan pecahkan kepalanya dengan batu itu!"
Fitnah Abu Jahal terhadap Nabi SAW sedemikian besar. Seperti tampak dari sumpahnya, sesungguhnya dia beriman kepada eksistensi Allah SWT. Hanya saja, dia sebagaimana kaum musyrikin umumnya, menganggap penyembahan terhadap Allah mesti diperantarai berhala-berhala. Padahal, syariat tauhid tidak membenarkan hal itu.
Kebenciannya terhadap Islam antara lain karena sifat egaliter yang dibawa ajaran tauhid. Semua orang sama kedudukannya di dalam agama Islam. Yang membedakan hanyalah ketakwaan terhadap Allah SWT. Sementara, Abu Jahal menikmati kedudukannya sebagai pemuka Quraisy.
Selain itu, toh Abu Jahal sehari-hari menjual berhala kepada penduduk Makkah. Bila sampai Islam tersebar luas, maka orang-orang akan meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Jika itu terjadi, siapa lagi yang akan membeli berhala miliknya? Bisnisnya akan gulung tikar.
Pernah suatu ketika, Abu Jahal diamanati mengurus seorang anak yatim. Namun, belakangan dia memakan harta si anak itu tanpa persetujuannya. Bahkan, anak yatim ini lantas diusirnya dari rumah. Tidak ada tempat mengadu selain Rasulullah SAW.
Maka Nabi SAW bersama anak yatim itu menemui Abu Jahal. Beliau meminta agar harta milik si anak dikembalikan.
Abu Jahal tewas dalam kancah Perang Badar pada tahun kedua Hijriah. Keadaannya tetap kafir.
Seperti diriwayatkan dalam pelbagai kitab hadits sahih, begitu Rasulullah SAW menerima kabar itu, maka beliau berkata, "Fir'aun umat ini telah terbunuh."