Selasa 08 Oct 2024 10:00 WIB

MER-C: Tanpa Persatuan Umat, Palestina tak Bisa Merdeka

Jika umat tak bersatu, Palestina tak bisa merdeka.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Peserta menyampaikan pandangannya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Komunikasi Peringatan Satu Tahun Serangan Israel ke Gaza di Kantor Republika, Jakarta, Jumat (27/9/2024). Republika menggelar FGD dengan topik Jangan Lupakan Palestina
Foto: Republika/Prayogi
Peserta menyampaikan pandangannya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Komunikasi Peringatan Satu Tahun Serangan Israel ke Gaza di Kantor Republika, Jakarta, Jumat (27/9/2024). Republika menggelar FGD dengan topik Jangan Lupakan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka memperingati satu tahun serangan Israel ke Gaza, Republika mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Republika, Jakarta Selatan, pada Jumat (27/9/2024). Acara ini dihadiri oleh berbagai organisasi kemanusiaan dan tokoh masyarakat, termasuk Perwakilan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Muhammad Reza Saputra, yang menekankan pentingnya solidaritas umat Islam dalam perjuangan membebaskan Palestina.

Reza menyatakan bahwa persatuan umat adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan Palestina. "Jika umat Islam tidak bisa bersatu, maka Palestina tidak bisa bebas dan merdeka. Mari kita bersatu dan pikirkan langkah bersama untuk membantu Palestina," ungkapnya.

Baca Juga

Mengenai pengiriman bantuan ke Gaza, Reza menjelaskan bahwa saat ini bantuan hanya bisa dikirim melalui Yordania, setelah sebelumnya melalui Rafah di Mesir. "Syaratnya hanya satu, yaitu ada pihak dari dalam Palestina yang bisa menjemput bantuannya," jelasnya.

Reza juga memberi kabar bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang dibangun oleh masyarakat Indonesia, kini telah beroperasi kembali dengan dua dari total empat lantai yang berfungsi. "Membangun Gaza ini membutuhkan waktu 15 tahun untuk bisa kembali seperti semula," tambahnya.

Direktur Republika, Nur Hasan Murtiadji, menekankan bahwa sudah setahun Israel melancarkan serangan besar-besaran yang mengakibatkan kerusakan parah dan penderitaan bagi warga sipil di Gaza. "Melalui FGD ini, Republika ingin menyuarakan solidaritas, mengedukasi masyarakat, dan menginisiasi gerakan untuk membantu rakyat Palestina," katanya.

Tujuan FGD ini mencakup meningkatkan kesadaran masyarakat tentang situasi kemanusiaan di Gaza, menyampaikan pesan solidaritas, dan memfasilitasi diskusi mengenai upaya bantuan. Selain itu, acara ini juga mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam gerakan kemanusiaan dan membangun kolaborasi antar lembaga untuk merespons situasi di Gaza, termasuk perlunya gerakan global boikot terhadap produk Israel.

Gerakan boikot global, termasuk di Indonesia, menyasar produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Daftar produk ini pun sudah dikeluarkan oleh lembaga seperti BDS Movement dan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI).

Hingga saat ini, genosida Israel di Gaza masih berlanjut. Data menunjukkan bahwa 41.500 orang telah syahid, banyak di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Sekitar 96.000 orang terluka, sementara 495.000 warga Gaza menghadapi kelaparan dan 95 persen dari mereka mengalami rawan pangan. Sebanyak 625.000 anak putus sekolah sejak agresi Israel, dan 70 persen bangunan di Gaza hancur, yang membutuhkan waktu 15 tahun untuk dibangun kembali.

Di antara peserta FGD hadir perwakilan dari Forum Zakat (FOZ), Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Dompet Dhuafa, Baznas, MER-C, Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dan Baitul Maal Hidayatullah (BMH).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement