Rabu 02 Oct 2024 19:53 WIB

Nabi Ibrahim dan Tanah yang Diberkahi

Nabi Ibrahim tercatat hijrah ke Palestina.

Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. (ilustrasi)
Foto: EPA/Atef Safadi
Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Dalam sejarah Islam, Nabi Ibrahim tercatat hijrah ke Palestina, sebuah tanah yang diberkahi. Bagaimana dan seperti apa perjalanan hijrah Nabi Ibrahim tersebut?

 Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Anbiya ayat 71, “Wa najjainaahu wa Luutan ilal ardil latii baaraknaa fiihaa lil 'aalamiin.” Yang artinya, “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.”

Baca Juga

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah SWT menceritkan tentang Nabi Ibrahim. Bahwa dia diselamatkan oleh Allah dari api kaumnya dan mengeluarkannya dari kalangan mereka berhijrah ke negeri-negeri Syam (Palestina) sampai di tanah yang disucikan yang ada di Syam.

Ar Rabi’ bin Anas meriwayatkan dari Abul Aliyah, dari Ubay bin Kaab sehubungan dengan maknya firman-Nya, ‘ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk seluruh alam’. Yakni negeri Syam, tiada suatu batu besar pun melainkan mengalir air yang tawar dari bagian bawahnya.

Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah. Qatadah mengatakan bahwa pada mulanya Nabi Ibrahim berada di negeri Irak, kemudian Allah menyelamatkannya ke negeri Syam. Karena itulah maka negeri Syam disebut dengan julukan negeri tempat berhijrah; tiada suatutanah pun yang dikurangi melainkan di negeri Syam ditambahi, dan tiada suatu Kawasan Syam adalah tanah mahsyar dan berbangkit.

Palestina tempat bersejarah

Di negeri Syam, putra Maryam yakni Nabi Isa diturunkan. Di negeri Syam jugalah nantinya Dajjal akan menemui ajalnya. Ka’bul Ahbar telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, ‘ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia’. Maksudnya ke negeri Haran.

As-Saddi mengatakan bahwa Ibrahim dan Luth bertolak menuju negeri Syam. Ibrahim bersua dengan Sarah putri Raja Haran yang tidak setuju dengan agama kaumnya (yang masih menyembah berhala).

Maka, Ibrahim menikahinya dan membawanya lari dari negeri itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Riwayat ini berpredikat gharib, karena sesungguhnya menurut riwayat terkenal, Sarah adalah anak pamannya, dan Ibrahim membawanya pergi berhijrah meninggalkan negerinya menuju negeri lain.

 

 

sumber : Dok Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement