Selasa 01 Oct 2024 21:47 WIB

Simpati Rasulullah pada Empat Non Muslim yang Laksanakan Esensi Ajaran Islam 

Orang non Muslim yang pertama adalah Imri'il Qais, seorang penyair.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Rais AM PBNU KH. Miftahul Akhyar menerangkan isi buku saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Rais AM PBNU KH. Miftahul Akhyar menerangkan isi buku saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID,PUTRAJAYA -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengisahkan simpati Rasulullah SAW atas berpulangnya empat orang yang bukan muslim tetapi melaksanakan esensi dari ajaran Islam. Kiai Miftach menyampaikan kisah ini saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Serantau YAPEIM 2024 (FSY2024) yang diselenggarakan di Hotel Mariott, Putrajaya, Malaysia pada Selasa (1/10/2024). 

Orang non Muslim yang pertama adalah Imri'il Qais, seorang penyair pada zaman jahiliyah. Menurut Kiai Miftach, dia belum mukmin tapi isi syairnya ketauhidan kepada Allah. Orang non Muslim kedua adalah Hatim Ath-thai yang dikenal dengan kedermawanannya dan ini ajaran Islam.

Baca Juga

"Lalu, Abi Thalib, walaupun ulama berikhtilaf dalam hal keislamannya, tetapi pembelaannya terhadap perjuangan Rasulullah tidak bisa diragukan. Lalu, adalah Kaisar Anu Syirwan yang kita kenal keadilan dan kejujurannya sehingga negara yang dipimpin mengalami kesejahteraan karena kejujuran dan keadilannya," ujar Kiai Miftach dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (1/10/2024). 

Melalui kisah tersebut, Kiai Miftach menerangkan bahwa Rasulullah bersimpati atas seseorang yang belum beriman karena kejujuran dan keadilannya.

Dia pun mengutip ayat dari Surat Al-Anbiya dan Surat An-Nur yang menyebutkan, 

“Wa atallahulladziina amanuu wa amilus shalihat layastkhlifannahum fil ardl, al ayah”. 

Arti dari ayat tersebut tidak lain adalah Allah telah menjanjikan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal saleh dalam segala hal, akan memimpin bumi ini.

"Mereka yang beramal saleh disertai keimanan ini adalah mereka yang Allah janjikan sebagai penguasa bumi karena dalam iman ada kebenaran, kejujuran, dan keadilan," jelas pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya ini.

Kiai Miftach menambahkan, "Kalau memang tidak terdapat mereka-mereka yang beriman tapi paling tidak yang beramal saleh. Kejujuran dan amal saleh yang akan mencukupi untuk memimpin dunia ini dan lain hal di dalam urusan akhiratnya nanti."

Dalam acara ini, Kiai Miftach intinya ingin mengingatkan kepada para pelaku ekonomi agar selalu bersikap saleh. Karena, menurut dia, kasalehan lebih gampang bagi seseorang untuk menumbuhkan sifat jujur dan adil dalam mengelola kehidupan umat.

FSY2024 sendiri merupakan forum yang diselenggarakan oleh Yayasan Pembangunan Ekonomi Islam Malaysia sebagai bagian dari rangkaian peringatan hari ulang tahun ke-40 yayasan tersebut.

Dalam acara yang digelar dua hari tersebut, Kiai Miftach memberikan refleksi kepada para pemimpin dan pemegang kebijakan ekonomi untuk menjadikan adil dan jujur sebagai modal utama manusia dalam mewujudkan kemakmuran di muka bumi.

"Memakmurkan bumi tentu dengan segala tata tertibnya, segala kekuatannya, segala inovasinya, keadilannya, kejujurannya karena Allah menjanjikan bagi mereka-mereka yang saleh di dalam perbuatan, saleh sosialnya akan memimpin bumi ini," kata Kiai Miftach. 

FSY2024 tersebut juga dihadiri beberapa tokoh yang berasal dari perwakilan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Kamboja, Singapura, Indonesia, dan Filipina.

Kiai Miftach tiba di Malaysia pada malam hari Senin (30/9/2024) bersama Menteri Pendidikan 2009-2014, Prof. Muhammad Nuh, Menko Perekonomian 2009-2014 Hatta Rajasa, Pemimpin CT Corp Chairul Tanjung, beserta sejumlah anggota rombongan lainnya.

Setelah tiba pada malam hari, Kiai Miftach beserta rombongan juga disambut hangat oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan jamuan makan malam bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement