Senin 30 Sep 2024 06:30 WIB

Azyumardi Azra sebagai Bapak Jurnalisme Islam (Bagian II-Habis)

Azyumardi Azra dikenal sebagai jurnalis andal.

Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra (kiri).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra (kiri).

Oleh Study Rizal LK; Mantan Wakil Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bagian awal, penulis menjelaskan cendekiawan Muslim Azyumardi Azra merupakan jurnalis yang tekun menghasilkan karya. Tulisan berikut ini adalah kelanjutan dari sebelumnya. 

Mendirikan Studia Islamika: Jurnal Ilmiah untuk Kajian Islam

Mendirikan Studia Islamika merupakan salah satu kontribusi besar Prof. Azyumardi Azra dalam mengembangkan wacana intelektual dan jurnalisme Islam di Indonesia. Dengan mendirikan jurnal ini, Azra berhasil membangun ruang akademik yang memungkinkan kajian Islam di Indonesia dan dunia Islam lainnya dipelajari secara mendalam dan ilmiah. Langkah ini mencerminkan visinya tentang bagaimana jurnalisme Islam yang intelektual dan akademis dapat memainkan peran penting dalam memperluas pemahaman terhadap Islam secara lebih progresif dan moderat.

Dalam hal ini ada beberapa penjelasan tentang pendirian Studia Islamika dengan jurnalisme Islam dalam pandangan Azyumardi Azra yaitu:

1. Mendorong Kajian Islam yang Kritis dan Intelektual

Azra memahami pentingnya menyebarluaskan kajian ilmiah tentang Islam sebagai bentuk jurnalisme akademis yang bisa membangun pemahaman yang lebih mendalam mengenai agama dan budaya Islam. Studia Islamika didirikan pada tahun 1993 sebagai jurnal ilmiah yang fokus pada kajian Islam, khususnya di Indonesia dan dunia Islam global. Dengan adanya jurnal ini, Azra berusaha memfasilitasi diskusi ilmiah yang kritis dan berbobot tentang berbagai isu terkait Islam.

Dalam konteks jurnalisme Islam, Studia Islamika mencerminkan semangat Azra untuk mendorong Islam yang progresif, yang tidak hanya bergantung pada pengetahuan tradisional, tetapi juga terbuka terhadap kritik dan analisis kontemporer. Jurnal ini menjadi platform di mana akademisi dan peneliti bisa menyajikan pandangan-pandangan baru dan hasil penelitian yang berkontribusi terhadap pemahaman Islam yang lebih komprehensif dan relevan dengan tantangan zaman.

2. Memperkuat Wacana Islam Moderat

Melalui Studia Islamika, Azra menyuarakan Islam moderat yang inklusif dan toleran. Jurnal ini memberikan ruang bagi para akademisi untuk mendiskusikan Islam dalam kerangka yang lebih luas dan dinamis, mencakup aspek-aspek sosial, budaya, politik, dan sejarah. Azra melihat jurnal ini sebagai sarana untuk memperjuangkan narasi Islam yang moderat dan menolak ekstremisme, baik dalam bentuk teologis maupun politik.

Dengan menghadirkan artikel-artikel yang mendalam dan ilmiah, Studia Islamika berperan penting dalam memperkuat diskursus tentang Islam yang berorientasi pada keadilan sosial, kemanusiaan, dan dialog antaragama. Bagi Azra, inilah peran penting jurnalisme Islam yang progresif: membantu menciptakan ruang di mana gagasan-gagasan tentang Islam dapat dibahas secara kritis dan intelektual tanpa harus terjebak dalam narasi konservatif atau fanatisme.

3. Menghubungkan Kajian Islam di Indonesia dengan Dunia Internasional

Salah satu visi besar Azra dalam mendirikan Studia Islamika adalah memperkuat posisi kajian Islam di Indonesia di kancah internasional. Azra melihat bahwa Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki kekayaan intelektual Islam yang dapat menjadi kontribusi penting bagi dunia. Melalui Studia Islamika, karya-karya ilmiah dari Indonesia dapat dikenal dan diakses oleh para akademisi di seluruh dunia.

Dengan jurnal ini, Azra juga membuka dialog antara kajian Islam di Indonesia dan kajian Islam di negara-negara lain, baik di Timur Tengah, Asia Selatan, maupun dunia Barat. Hal ini memperkuat jaringan akademik yang memungkinkan pertukaran ide dan penelitian lintas batas negara, yang menurut Azra sangat penting dalam menghadapi globalisasi dan dinamika politik serta sosial Islam di dunia modern.

4. Jurnalisme Akademik yang Berbasis pada Verifikasi dan Kebenaran

Konsep jurnalisme Islam yang diusung oleh Azra tidak hanya berlaku di ranah media populer, tetapi juga dalam ranah akademik. Studia Islamika berfungsi sebagai bentuk "jurnalisme akademik" yang tetap mengedepankan prinsip-prinsip jurnalisme seperti verifikasi, keakuratan, dan kredibilitas sumber. Artikel-artikel yang diterbitkan di jurnal ini melalui proses review yang ketat, mencerminkan komitmen Azra terhadap kualitas dan kejujuran ilmiah.

Bagi Azra, jurnalisme Islam yang progresif tidak boleh mengabaikan aspek-aspek penting dari penelitian ilmiah dan metodologi yang ketat. Studia Islamika menjadi contoh bagaimana jurnalisme akademik dapat memelihara standar-standar keilmuan yang tinggi sekaligus tetap relevan dalam mendiskusikan isu-isu keislaman yang memiliki dampak sosial dan politik yang luas.

5. Memperkuat Posisi UIN Jakarta sebagai Pusat Kajian Islam Internasional

Sebagai mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azra sangat berperan dalam menjadikan UIN Jakarta sebagai salah satu pusat kajian Islam yang diakui secara internasional. Studia Islamika adalah salah satu sarana yang ia gunakan untuk memperkuat posisi tersebut. Jurnal ini menjadi referensi penting bagi para akademisi dan peneliti di seluruh dunia yang tertarik dengan kajian Islam di Indonesia dan dunia Islam lainnya.

Dengan mendirikan Studia Islamika, Azra berhasil mengangkat reputasi UIN Jakarta sebagai institusi yang mampu menghasilkan karya-karya ilmiah berkualitas tinggi di bidang kajian Islam. Ini adalah bagian dari visinya untuk membangun pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada aspek-aspek ritual keagamaan, tetapi juga terlibat dalam isu-isu kontemporer yang mempengaruhi umat Islam secara global.

6. Memberikan Akses kepada Generasi Akademisi Muda

Salah satu kontribusi besar Studia Islamika adalah memberikan ruang bagi generasi akademisi muda untuk menerbitkan karya ilmiah mereka. Azra selalu mendorong mahasiswa dan peneliti muda untuk aktif dalam penelitian dan menulis tentang Islam. Jurnal ini menjadi platform di mana ide-ide baru bisa dikemukakan dan diperdebatkan, sekaligus menjadi batu loncatan bagi mereka yang ingin berkarier di dunia akademik.

Dengan memberikan kesempatan kepada akademisi muda untuk menerbitkan karya mereka, Azra membantu memperkaya kajian Islam di Indonesia dan mendorong munculnya generasi intelektual baru yang kritis dan progresif. Ini sejalan dengan visi jurnalisme Islam yang inklusif dan mendorong pertumbuhan intelektual dalam masyarakat Muslim.

Dengan demikian mendirikan Studia Islamika merupakan langkah strategis yang diambil oleh Prof. Azyumardi Azra dalam memperkuat jurnalisme Islam yang berbasis pada penelitian akademik dan intelektual. Jurnal ini mencerminkan keyakinannya bahwa jurnalisme Islam yang progresif harus mampu mendukung kajian kritis, moderat, dan terbuka terhadap berbagai isu kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam.

Dengan mendirikan jurnal ini pula, Azra berusaha membangun wacana Islam yang inklusif, moderat, dan global, serta memperkuat peran akademisi Muslim Indonesia di kancah internasional. Studia Islamika bukan hanya menjadi wadah bagi peneliti untuk berbagi hasil riset mereka, tetapi juga alat untuk menyebarkan gagasan tentang Islam yang lebih adil, inklusif, dan relevan dengan dunia modern.

Dewan Pers dan Peran dalam Kebebasan Pers

Pada masa akhir hidupnya, Prof. Azyumardi Azra terpilih sebagai Ketua Dewan Pers Indonesia pada Mei 2022. Meskipun masa jabatannya singkat karena wafatnya pada September 2022, peran ini menegaskan kembali komitmen beliau terhadap kebebasan pers yang bertanggung jawab. Sebagai Ketua Dewan Pers, Prof. Azra bekerja untuk menjaga independensi media dan memastikan bahwa kebebasan pers di Indonesia tidak disalahgunakan, terutama oleh media yang mungkin mengklaim mewakili Islam.

Di bawah kepemimpinannya, Dewan Pers terus mengawasi media untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip etika jurnalistik, termasuk media-media yang berafiliasi dengan Islam. Beliau menekankan pentingnya verifikasi berita dan melawan penyebaran hoaks, yang sering kali menargetkan isu-isu sensitif terkait agama. Dengan pemahaman mendalamnya tentang Islam, Prof. Azra berada di posisi unik untuk membimbing media Islam agar tetap berpegang pada integritas jurnalistik dan etika Islam.

Warisan dalam Jurnalisme Islam

Warisan Prof. Azyumardi Azra dalam jurnalisme Islam sangat berpengaruh dan mencakup berbagai aspek yang memperkuat perkembangan intelektual, etis, dan moderat dalam dunia jurnalistik Islam. Sebagai intelektual Muslim, pemikir progresif, serta praktisi media, Azra telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam memajukan jurnalisme Islam di Indonesia dan di kancah global.

Ada beberapa catatan penting terkait warisan Prof. Azyumardi Azra dalam jurnalisme Islam, yaitu:

1. Jurnalisme yang Moderat dan Inklusif

Salah satu warisan terbesar Prof. Azra dalam jurnalisme Islam adalah komitmennya terhadap Islam yang moderat dan inklusif. Sepanjang kariernya, Azra konsisten mempromosikan wacana Islam yang menekankan pada toleransi, dialog antaragama, dan keterbukaan terhadap modernitas. Dalam pandangannya, jurnalisme Islam harus menjadi platform untuk memperkuat pemahaman tentang Islam yang damai, menghargai keberagaman, dan menolak segala bentuk ekstremisme atau kekerasan.

Sebagai Ketua Dewan Pers, Azra mendorong media di Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan berperan aktif dalam menjaga harmoni sosial. Pandangan ini sangat penting di tengah situasi di mana media sering kali digunakan sebagai alat propaganda oleh kelompok-kelompok ekstremis atau radikal. Melalui posisinya, Azra mengingatkan bahwa jurnalisme Islam harus mengutamakan prinsip-prinsip keadilan, persatuan, dan penghormatan terhadap perbedaan, baik di dalam umat Islam maupun dalam masyarakat secara luas.

2. Etika Jurnalisme Islam

Prof. Azra sangat menekankan pentingnya etika dalam jurnalisme Islam. Menurutnya, media tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pembawa misi moral yang harus bertanggung jawab terhadap publik. Prinsip etika yang ia ajarkan termasuk dalam hal verifikasi fakta, objektivitas, akurasi, dan kejujuran dalam menyampaikan berita.

Etika jurnalisme menurut Azra juga terkait dengan prinsip-prinsip keislaman yang universal, seperti kejujuran, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Ia berpendapat bahwa jurnalis Muslim harus selalu menjaga integritas dalam meliput isu-isu agama, politik, dan sosial, terutama dalam konteks masyarakat yang pluralis seperti Indonesia. Selain itu, ia juga mendorong jurnalis untuk menghindari sensasionalisme yang dapat memicu konflik atau keretakan sosial.

3. Mengangkat Wacana Islam Indonesia di Kancah Global

Azra memainkan peran penting dalam membawa kajian dan diskursus Islam Indonesia ke panggung internasional. Sebagai pemikir yang produktif, ia tidak hanya menulis artikel dan buku-buku yang mempengaruhi wacana Islam di Indonesia, tetapi juga mendirikan jurnal ilmiah seperti Studia Islamika. Jurnal ini menjadi salah satu kontribusi utamanya dalam mengangkat suara intelektual Islam Indonesia ke kancah global.

Jurnal Studia Islamika bukan sekadar publikasi akademik, melainkan bentuk jurnalisme Islam intelektual yang mencerminkan pemikiran kritis tentang Islam di Indonesia dan dunia. Melalui jurnal ini, Azra memfasilitasi dialog lintas batas yang memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat kajian Islam dunia. Ia juga membuka ruang bagi akademisi dan intelektual Muslim dari berbagai negara untuk berkolaborasi dalam membangun wacana Islam yang progresif dan dinamis.

4. Memperjuangkan Kebebasan Pers dengan Tanggung Jawab

Sebagai Ketua Dewan Pers, Azra berperan dalam memperjuangkan kebebasan pers di Indonesia, termasuk dalam konteks jurnalisme Islam. Ia sangat mendukung kebebasan media, tetapi dengan catatan bahwa kebebasan ini harus diiringi oleh tanggung jawab etis dan moral. Ia berulang kali menegaskan bahwa kebebasan pers bukanlah kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab terhadap kebenaran dan keadilan.

Kebebasan pers dalam pandangan Azra juga termasuk kebebasan dari tekanan politik dan ekonomi. Ia mengingatkan bahwa media tidak boleh tunduk pada kepentingan sempit penguasa atau kelompok-kelompok tertentu. Dalam jurnalisme Islam, kebebasan pers harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip kebenaran yang diajarkan oleh Islam, termasuk menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kemaslahatan umat.

5. Membangun Jurnalisme yang Berbasis Ilmu Pengetahuan

Azra percaya bahwa jurnalisme Islam harus didasarkan pada ilmu pengetahuan yang mendalam, tidak sekadar menyajikan berita atau opini. Ia mendorong jurnalis Muslim untuk memperkuat keahlian mereka dalam memahami isu-isu agama, sosial, dan politik yang mereka liput, dengan pendekatan yang berbasis penelitian dan analisis kritis. Menurutnya, media yang baik adalah media yang dapat memberikan informasi yang valid dan kontekstual, bukan hanya menyoroti permukaan peristiwa.

Dalam mendirikan Studia Islamika, Azra mencontohkan bagaimana jurnalisme Islam bisa berperan sebagai alat penyebaran ilmu pengetahuan. Jurnal ini tidak hanya mencakup diskusi akademik, tetapi juga menjadi platform bagi pemikiran-pemikiran baru tentang Islam yang dapat mempengaruhi kebijakan sosial dan politik di tingkat nasional dan internasional. Azra ingin agar jurnalisme Islam lebih dari sekadar penyampai berita, tetapi juga menjadi instrumen untuk memperdalam pemahaman masyarakat tentang kompleksitas dunia Islam.

6. Memperkuat Peran Media dalam Dakwah Islam

Jurnalisme Islam menurut Azra bukan hanya soal penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana dakwah. Namun, dakwah melalui media harus bersifat moderat dan terbuka, tidak bersifat dogmatis atau memaksa. Media Islam, dalam pandangannya, harus mampu mengkomunikasikan pesan-pesan keagamaan dengan cara yang bijak, santun, dan relevan dengan kehidupan masyarakat modern.

Dalam konteks ini, Azra menekankan pentingnya komunikasi Islam yang menyentuh hati masyarakat luas tanpa harus menimbulkan perpecahan. Ia percaya bahwa dakwah melalui media harus didasarkan pada cinta kasih, dialog, dan pengertian, bukan pada kebencian atau polarisasi. Melalui tulisan dan pidatonya, Azra memberikan teladan tentang bagaimana jurnalis Muslim bisa berperan dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan inklusif.

7. Mendidik Generasi Muda Jurnalis Muslim

Warisan penting lainnya dari Azra adalah dedikasinya dalam mendidik generasi muda, termasuk calon-calon jurnalis Muslim. Sebagai seorang akademisi, ia selalu mendorong mahasiswa dan intelektual muda untuk berpartisipasi aktif dalam dunia jurnalistik, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan profesionalisme. Ia meyakini bahwa generasi muda memiliki peran besar dalam menjaga kebebasan pers dan memperkuat jurnalisme Islam yang berkualitas di masa depan.

Azra juga sering memberikan ceramah dan pelatihan bagi jurnalis muda, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ia menekankan pentingnya pendidikan berkelanjutan bagi jurnalis agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman dan teknologi, serta mampu menghadapi tantangan baru dalam dunia media, terutama di era digital dan media sosial.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa warisan Prof. Azyumardi Azra dalam jurnalisme Islam adalah komitmennya terhadap pengembangan media yang moderat, inklusif, etis, dan berbasis ilmu pengetahuan. Sebagai pemikir Islam yang progresif, ia tidak hanya menginspirasi jurnalis untuk menjaga integritas dan profesionalisme, tetapi juga memberikan contoh konkret melalui Studia Islamika dan kepemimpinannya di Dewan Pers. Azra meninggalkan jejak mendalam dalam bagaimana jurnalisme Islam dapat berfungsi sebagai alat dakwah, edukasi, dan pemersatu di tengah masyarakat yang semakin kompleks dan pluralis.

Catatan Akhir

Prof. Azyumardi Azra, dengan pengalamannya sebagai jurnalis muda, intelektual Muslim, dan Ketua Dewan Pers, pantas dikenang sebagai "Bapak Jurnalisme Islam" di Indonesia. Beliau berhasil menggabungkan nilai-nilai Islam yang universal dengan prinsip-prinsip etika jurnalistik modern, menciptakan pendekatan yang tidak hanya relevan di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia Islam.

Dedikasinya dalam memajukan jurnalisme yang bertanggung jawab dan berintegritas telah meninggalkan jejak yang dalam di dunia media Islam. Pemikiran dan kontribusi beliau akan terus menjadi inspirasi bagi generasi jurnalis Muslim yang ingin mengusung jurnalisme yang mencerahkan, inklusif, dan membawa kebaikan bagi masyarakat luas.

(Study Rizal LK adalah Dosen Tetap Fdikom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement