Senin 23 Sep 2024 08:54 WIB

Awal Mula Rumi Bertemu Guru Spiritualnya

Sejak bertemu Syamsi Tabrizi, Jalaluddin Rumi menekuni jalan sufi.

Jalaluddin Rumi
Foto:

“Lantas, mengapa Nabi Muhammad pernah mengatakan, ‘Kami belum mengetahui Engkau (Allah) dengan cara yang seharusnya Engkau diketahui’ (maa arafnaaka haqqa ma'rifatika), sedangkan Bayazid mengatakan, ‘Mulialah diriku, betapa agungnya diriku’?” tanya Syamsi lagi.

Kata-kata itu lantas membuat Rumi jatuh pingsan. Kisah ini disebut dalam sumber yang dikutip Afzal Iqbal.

Versi berikutnya dituturkan Muhammad Iqbal berdasarkan riwayat dari Daulat Shah. Pada suatu hari, Rumi sedang bersama dengan sejumlah muridnya. Tak disangka, Syamsi lewat dan menyerbunya dengan pertanyaan, “Apa tujuan hikmah dan ilmu pengetahuan?”

“Tujuannya untuk mengikuti Nabi SAW,” jawab Rumi penuh keyakinan.

“Jawabanmu sangat biasa,” kata Syamsi lagi.

“Menurutmu, apa tujuan ilmu?” kali ini Rumi balik bertanya.

“Ilmu adalah apa yang membuatmu sampai ke sumber segala ilmu,” ujar darwis itu.

Syamsi kemudian menggumamkan syair gubahan Sanai, penyair-sufi Persia yang hidup pada abad ke-12: “Bodoh jauh lebih baik daripada berilmu yang tak menjauhkanmu dari dirimu sendiri.”

Rumi amat terkesan. Sejak saat itu, ia berguru kepada Syamsi Tabrizi.

Ya, berkat mengenal Syamsi, kehidupan Rumi berubah total. Dari semula sosok fukaha dan akademisi yang "kaku", menjadi sufi dan ahli sastra yang hatinya mudah tersentuh keindahan.

Menurut sebuah riwayat, Rumi dan Syamsi menjalani rihlah 100 hari lamanya. Sang guru mengajarkan berbagai petuah bijaksana.

Pribadi Rumi bertransformasi dari seorang ahli hukum yang tenang menjadi seorang penggubah sajak-sajak cinta ilahiah, “pemabuk” katarsis. Interaksinya dengan sang darwis yang faqir itu telah membangkitkan bakat terpendamnya sebagai seorang penyair terkemuka.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement