REPUBLIKA.CO.ID,TAIF-- Khaibar merupakan kota besar yang dikelilingi oleh benteng dan perkebunan. Berjarak 86 kilometer dari utara Madinah. Setelah perjanjian Hudaibiah, Nabi Muhammad ﷺ hanya tinggal berkonsentrasi untuk mengatasi kaum Yahudi Khaibar yang selama ini menjadi pusat makar dan provokasi yang selalu mengacaukan keamanan bagi kaum muslimin.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Maka di akhir Muharram, tahun tujuh Hijriah, berangkatlah Rasulullah ﷺ ke Khaibar. Sebelum berangkat, Rasulullah ﷺ berpesan agar yang ikut serta hanya mereka yang benar-benar hendak berjihad. Maka tidak ada yang keluar saat itu kecuali mereka yang ikut dalam Baiaturridwan, jumlah mereka 1.400 pasukan.
Orang-orang munafik yang tidak ikut dalam perjanjian Hudaibiah dilarang ikut oleh Rasulullah ﷺ. Hal ini dikisahkan oleh Allah Ta'ala dalam kitabnya :
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
“Orang-orang baduii yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan : “Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu", mereka hendak merobah janji Allah. Katakanlah : “Kamu sekali kali tidak (boleh) mengikuti kami: demikian Allah telah menetapkan sebelumnya": mereka akan megatakan: “Sebenarnya kamu dengki kepada kami". Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali” (QS. al Fath ayat 15)
Setelah keberangkatan Rasulullah ﷺ, pemimpin kaum munafik: Abdullah bin Ubay, segera memberitahu kaum Yahudi Khaibar tentang hal tersebut. Mengetahui hal tersebut, segera mereka meminta bantuan suku Ghathafan yang selama ini terikat perjanjian dengan mereka. Mereka menjanjikan setengah dari hasil panen di Khaibar akan dibagikan kepada suku Ghathafan jika mereka menang perang.
Maka berangkatlah suku Ghathafan untuk memberikan bantuan kepada Yahudi Khaibar. Namun di tengah perjalanan, mereka mendengar isu bahwa pasukan Rasulullah ﷺ akan menyerang perkampungan mereka sepeninggalan mereka. Maka karena diliputi kekhawatiran, akhirnya mereka kembali pulang.
Di tengah perjalanan, seorang sahabat, Amir bin al Akwa' menyenandungkan sebuah syair untuk memberi semangat :
Ya Allah, seandainya bukan karena Mu, niscaya kami tidak mendapat petunjuk. Kami pun tidak akan bershodaqah dan tidak sholat
Maka ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami bertakwa. Dan teguhkanlah kaki-kaki kami jika bertemu (musuh) Berilah kami ketenangan Sesungguhnya jika (musuh) menyerang kami, pasti kami lawan
Kaum muslimin tiba di sebuah tempat dekat Khaibar, dan mereka bermalam di sana untuk melakukan penyerbuan esok harinya.
Merupakan kebiasaan Rasulullah ﷺ ketika hendak menyerang suatu kaum, beliau tidak mendekati kaum tersebut sebelum datang waktu pagi. Karena itu, orang-orang Yahudi sampai saat itu tidak menyadarinya. Maka pada pagi harinya mereka masih tetap keluar seperti biasa ke kebun-kebun mereka, sehingga tatkala melihat kedatangan pasukan Rasulullah ﷺ, mereka lari pontang panting ke perkampungan mereka.
Saat itu berkatalah Rasulullah ﷺ:
“Allahu Akbar, hancurlah Khaibar, Allahu Akbar, hancurlah Khaibar, sesungguhnya jika kami telah tiba di pelataran suatu kaum, maka pagi itu merupakan peristiwa buruk bagi suatu kaum yang mendapat peringatan”
Ketika hendak mendekati Khaibar, Rasulullah ﷺ memerintah kan pasukannya berhenti, kemudian beliau berdoa :
“Ya Allah, Rabb tujuh lapis langit dan apa yang dinaunginya, dan Rabb tujuh lapis bumi dan apa yang dikandungnya, Rabb seluruh syetan dan siapa yang telah mereka sesatkan. Sesungguhnya kami memohon kepada Mu kebaikan negeri ini dan kebaikan penghuninya, dan kebaikan yang ada di dalamnya. Dan kami berlindung dari keburukun negeri ini dan keburukan penghuninya dan keburukan yang ada di dalamnya”.
Lalu beliau memerintahkan pasukannya untuk maju dengan menyebut Nama Allah.