Selasa 17 Sep 2024 09:02 WIB

Marak Maulid Nabi Muhammad, Ketum Persis Prihatin Masih Banyak Korupsi

Maulid Nabi Muhammad mengingatkan banyak orang tentang manusia terbaik.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Warga mengikuti kirab sekaten di kawasan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Ahad (15/9/2024). Yayasan Al Khitoh Insani menggelar kegiatan kirab sekaten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Kirab Sekanten dimaknai sebagian umat muslim sebagai metode penyebaran agama islam khususnya di Jawa Tengah pada era wali songo. Selain kirab Sekaten, yayasan tersebut juga menggelar kegiatan tausiah, tahlil, santunan anak yatim dan shalawatan yang diharapkan menjadi sarana untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan islam sekaligus meneladani akhlak Rasulullah SAW, menjalin silaturahmi juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengikuti kirab sekaten di kawasan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Ahad (15/9/2024). Yayasan Al Khitoh Insani menggelar kegiatan kirab sekaten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Kirab Sekanten dimaknai sebagian umat muslim sebagai metode penyebaran agama islam khususnya di Jawa Tengah pada era wali songo. Selain kirab Sekaten, yayasan tersebut juga menggelar kegiatan tausiah, tahlil, santunan anak yatim dan shalawatan yang diharapkan menjadi sarana untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan islam sekaligus meneladani akhlak Rasulullah SAW, menjalin silaturahmi juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah maraknya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) KH Jeje Zainuddin masih banyak praktik-praktik yang melenceng dari ajaran Rasulullah, seperti masih merajalelanya korupsi, penyimpangan akidah, dan kerakusan terhadap kekuasaan.

"Patut kita prihatinkan, jika di tengah semaraknya peringatan kelahiran nabi setiap bulan Rabiul Awal, tetapi pada saat bersamaan kita saksikan pelanggaran terhadap ajaran-ajaran mulia yang dibawa baginda Rasulullah. Seperti merajalelanya korupsi, degradasi moral, maraknya sekte yang membawa penyimpangan akidah dan ibadah, lumpuhnya amar makruf nahi munkar, kerakusan terhadap kekuasaan dan jabatan, dan lain sebagainya," kata Kiai Jeje kepada Republika, Senin (16/9/2024).

Baca Juga

Karena itu, menurut dia, yang dibutuhkan saat ini adalah mewujudkan kecintaan substanstif terhadap rasulullah dalam bentuk komitmen yang kuat meneladani dan melaksanakan ajarannya secara kafah menurut kemampuan kita masing masing.

Menurut Kiai Jeje, setiap bulan Rabiul Awal yang diyakini sebagai bulan kelahiran Rasulullah SAW, sudaj sepatutnya menjadi momentum kaum muslimin meningkatkan rasa syukur atas karunia Allah dengan dilahirkannya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup risalah.

"Ekspresi rasa syukur dan bukti cinta itu bukan diukur dari seberapa ramai hiruk pikuk umat Islam merayakan hari kelahirannya nabi," ucap Kiai Jeje.

Tetapi, lanjut dia, lebih penting lagi adalah secara substantif, bagaimana kaum muslimin sebagai umatnya bersungguh-sungguh mengimani, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajarannya secara nyata dalam segala aspek kehidupan secara pribadi dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Selain itu juga layak menjadi sarana meningkatkan rasa cinta kepada pribadi Nabi SAW sebagai nabi teladan dalam keagungan dan kemuliaan akhlaknya," jelas Ketua MUI Pusat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement