REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Suatu ketika, Sayyidina Abu Thalhah Radhiyallohu 'anhu sedang sholat di kebunnya. Tiba-tiba seekor burung terbang di antara pepohonan.
Oleh karena kebun tersebut sangat lebat, burung itu tidak dapat menemukan jalan untuk keluar, sehingga burung tersebut terbang kesana-kemari. Melihat pemandangan ini, perhatian Sayyidina Abu Thalhah Radhiyollahu 'anhu terarah pada tingkah laku burung itu, sehingga ia lupa jumlah rakaat yang telah dikerjakannya.
la merasa sangat sedih. la sadar bahwa kebunnya telah
mendatangkan musibah, yaitu membuatnya lupa dalam sholat. Setelah sholat, ia langsung menjumpai Baginda Nabi Shollallohu lalaihi wasallam dan menyampaikan semua kejadian itu. la berkata, "Ya Rasulullah, kebunku telah mendatangkan musibah ini. Oleh sebab itu, aku infakkan kebun ini fi sabilillah. Gunakanlah yang terbaik menurut engkau!"
Peristiwa seperti ini, juga pernah terjadi pada masa Khalifah Utsman
Rodhiyollahu 'anhu. Seorang Anshar sedang melaksanakan sholat di kebunnya.
Ketika itu buah kurma sedang masak. Oleh karena berat dan lebatnya buah kurma, mernbuat tangkainya merunduk. Merunduknya tangkai-tangkai kurma tersebut menunjukkan hasilnya sangat bagus. Pandangan sahabat Anshar tertuju kepada tangkai kurma tersebut. Perhatiannya terhadap kurma itu menyebabkan ia lupa jumlah rakaat yang telah dikerjakannya.
Menyadari hal ini, hatinya merasa sangat sedih dan kecewa sehingga ia memutuskan untuk menginfakkan kebunnya yang menyebabkan musibah itu. la pun segera menemui Khalifah Utsman Rodhiyallohu 'anhu dan berkata, "Ya Amirul Mukminin, aku infakkan kebun ini fi sabilillah.
Gunakanlah yang terbaik menurut engkau." Kebun itu akhirnya dijual seharga 50.000 dirham, dan hasilnya digunakan untuk kepentingan agama. (dari Kitab Muwaththa', lmam Malik)
Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Amal menjelaskan, demikianlah kegairahan iman para sahabat Rodhiyallohu 'anhum. Mereka langsung menginfakkan kebun seharga 50.000 dirham di jalan Allah, hanya karena kebun tersebut mengganggu kekhusyu'annya dalam sholat.
"Itulah gambaran hubungan para shahhbat Radhiyallahu 'onhum dengan Allah, ketika menghadap Allah mereka tidak mau diganggu oleh apa saja," tulis Maulana Zakariyya.