Sabtu 07 Sep 2024 15:20 WIB

Pesantren Punya Potensi Besar dalam Mengelola Wakaf

Literasi keuangan juga harus digeliatkan di pesantren.

Pre-Launching Buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian di Lampung.
Foto: Dok Republika
Pre-Launching Buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian di Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Literasi keuangan di era sekarang dinilai sangat penting, terutama bagi anak-anak muda dan santri pesantren. literasi keuangan juga harus digeliatkan di setiap daerah, terutama di dalam pesantren yang memiliki dana waqaf.

"Tidak hanya diseminarkan, namun juga harus diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi produktif," kata Anggota Komisi XI DPR Ela Nuryamah di acara Pre-Launching Buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian yang ditulis oleh Dr. Robert E Sudarwan dan Dr. Fatin Fadhilah Hasib, S.E., M.Si di Payungi Kota Metro, Lampung (7/9/2024).

Baca Juga

Dalam acara yang digelar secara kolaboratif oleh Ruang Kreatif Anak Muda Indonesia bersama GenPI Lampung dan komunitas Payungi tersebut, juga diadakan Seminar Keuangan dengan tema ‘Peran Strategis Masyarakat dalam Mengakselerasi Tingkat Literasi Keungan Nasional’.

Ela Nuryamah memberikan apresiasi kepada para penulis buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian, karena telah menghadirkan sebuah literatur keuangan yang baik untuk pengelolaan dana abadi persantren berbasis waqaf.

“Anak muda harus cakap literasi keuangan. Mulai dari hal yang sederhana, seperti mengelola uang masuk dan keluar sehingga mereka dapat survive di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis dan fluktuatif seperti saat ini”, tutur Ela.

“Saya melihat, Payungi menjadi contoh gerakan baik dalam mewujudkan literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan dapat memberikan dampak bagi perekonomian warga setempat”, tambah Ela.

Robert selaku penulis buku sekaligus pengurus DPP Hebitren (Himpunan Ekonomi Bisnis dan Pesantren) memaparkan tujuan menulis buku tentang dana abadi pesantren yaitu sebagai refleksi dan strategi nyata untuk memperkuat lembaga pesantren di Indonesia. Ia bersama rekan-rekannya di Hebitren ingin mewujudkan peran pesantren yang tidak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tapi juga sebagai institusi ekonomi yang mandiri.

“Saya melihat pesantren memiliki potensi besar dalam mengelola waqaf untuk dijadikan pondasi dalam membangun dana abadi pesantren. Waqaf bisa menjadi penopang utama kemandirian pesantren, memastikan lembaga ini tetap eksis, dan berkembang tanpa bergantung pada bantuan eksternal atau donor temporer”, pungkasnya

Selanjutnya, Founder Payungi dan Dosen IAIN Metro Dharma Setyawan speaker dalam pemaparannya memberikan banyak contoh gerakan ekonomi di masyarakat yang ia gagas dan gerakan. Gerakan tersebut seperti Payungi yang konsisten memberdayakan lebih dari 70 emak-emak selama 5 tahun terakhir telah menorehkan omset sebesar 15 miliar, lalu ada Kampung Peng_angguran di mana warga setempat secara kolektif menanam berbagai jenis anggur dan melakukan budidaya maggot. Selain itu juga ada Kampung Lebah, Keliling Metro dan gerakan ekonomi kreatif lainnya yang mendorong perekonomian warga.

“Literasi keuangan perlu ditransformasikan dalam bentuk gerakan nyata yang berdampak. Di samping itu, kita juga harus hadir di tengah-tengah warga untuk terlibat langsung dalam gerakan ekonomi lokal. Sehingga, mereka (warga) bisa berpartisipasi aktif dan menjadi penggerak bagi geliat perekonomian di daerahnya”, pungkas Dharma.

Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 100 anak muda kreatif yang ada di Lampung. Mereka merupakan anak-anak muda pilihan yang memiliki ide kreatif dan semangat dalam menumbuhkan gerakan ekonomi lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement