REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara nubuat-nubuat Nabi Muhammad SAW mengenai situasi akhir zaman ialah maraknya kebohongan. Sang Penutup para nabi (Khatam al-anbiya) menyampaikan peringatan kepada umat beliau.
"Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia. Pendusta dipercaya. Orang yang jujur didustakan. Amanat diberikan kepada pengkhianat. Orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah turut bicara.'
Kemudian, beliau ditanya, 'Apakah ruwaibidhah itu?'
Beliau menjawab, 'Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan (kepentingan) umum'" (HR Ibnu Majah).
Zaman yang penuh dusta tentunya lebih gawat lagi bagi mereka yang "hanya" rakyat biasa di manapun berada. Lebih-lebih, bila kebohongan justru muncul dari sosok pemimpin mereka.
Tidak hanya menyampaikan nubuat. Nabi SAW dalam hadis lain juga menyediakan panduan, khususnya bagi kaum Muslimin, dalam menyikapi pemimpin yang zalim dan gemar berbohong.
Imam Ahmad dalam Musnad-nya menyebutkan sebuah hadis. Ini diriwayatkan dari jalur Abdullah bin Khabbab bin Al-Arat, dari bapaknya, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Dengarkanlah!'
Maka kami (para sahabat) pun mengatakan, 'Kami mendengar, wahai Rasulullah.'
Rasulullah bersabda, 'Bahwa suatu saat nanti, di antara kalian akan ada para pemimpin. Janganlah kalian menolong mereka dalam kezaliman, dan janganlah membenarkan mereka dalam kedustaannya. Sebab, mereka (para pemimpin demikian) tidak akan meminum air dari telagaku (di surga).'"
Hadis di atas dengan tegas menunjukkan sejumlah cara ampuh dalam menyikapi sosok-sosok pemimpin yang dinubuatkan Rasulullah SAW itu.
Pertama, jangan menolong atau bersama dengan pemimpin yang zalim. Adapun yang dimaksud dengan sifat zalim itu ialah jauh dari keadilan, yakni 'menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.'
Walau secara keduniawian seakan-akan orang bakal mendapatkan keuntungan ketika bersama para pemimpin zalim itu, tetap jauhilah. Sebab, sejatinya bencana pasti akan menimpa orang-orang yang bersama sosok-sosok penguasa dengan tabiat tersebut.
Kedua, jangan ikut membenarkan kedustaan yang ditebarkannya. Lakukanlah ini walau ada risiko yang mengancam diri saat memilih tetap jujur.
Terakhir, percayalah akan perjumpaan yang luar biasa, yakni menemui Rasulullah SAW di Telaga al-Kautsar. Orang-orang yang lemah akal justru lebih suka menolong pemimpin yang zalim hanya karena adanya pamrih duniawi. Dikatakan akal mereka lemah, lantaran tidak menimbang besarnya karunia dari meminum air Telaga Muhammad SAW. Beliau menyatakan, "Barang siapa meminumnya (air Telaga), maka tidak akan pernah haus lagi selamanya."