Rabu 21 Aug 2024 07:30 WIB

Berapa Jumlah Wartawan di Gaza yang Wafat? Begini Penjelasannya

Wartawan mengorbankan nyawa untuk memberitakan kebiadaban Israel di Gaza Palestina.

Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedikitnya 113 jurnalis dan pekerja media telah tewas sejak dimulainya konflik antara Israel dan Gaza, menjadikannya periode paling mematikan yang pernah tercatat sejak 1992, kata Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) pada Selasa.

"Hingga 20 Agustus 2024, penyelidikan awal CPJ menunjukkan bahwa setidaknya 113 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara lebih dari 41.000 orang yang tewas sejak perang dimulai," kata CPJ dalam laporan terbaru dan sementara tentang jurnalis di masa perang. Laporan itu juga menyebutkan, periode perang Israel itu menjadikannya periode paling mematikan bagi jurnalis sejak CPJ mulai mengumpulkan data pada 1992. CPJ menyebutkan bahwa mereka yang tewas termasuk 108 warga Palestina, dua warga Israel, dan tiga warga Lebanon. Selain itu, 32 jurnalis terluka, dua orang hilang, dan 52 lainnya dideportasi atau ditangkap. Wartawan sering menjadi korban serangan, serangan siber, dan sensor, tambahnya.

Baca Juga

Pada Selasa sebelumnya, kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa menurut perhitungannya sendiri, sekitar 170 jurnalis telah tewas di zona konflik akibat serangan Israel. Korban terbaru adalah jurnalis Hamza Abd Ar-Rahman Mutarja, yang bekerja di wilayah tersebut dengan sejumlah media.

Pada 7 Oktober 2023, Israel mengalami serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza, di mana para pejuang Hamas menyusup ke wilayah perbatasan, menembaki militer dan warga sipil, serta menyandera mereka. Otoritas Israel mengatakan bahwa sekitar 1.200 orang tewas selama serangan tersebut.

Pasukan Pertahanan Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza dan mengumumkan blokade penuh terhadap wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun 2023 telah melebihi 40.000 orang.

40 Ribu Wafat

Sebelumnya, Kepala Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan setidaknya 40 ribu orang meninggal dunia di Gaza hanya dalam waktu sekitar 10 bulan. Jumlah korban meninggal kemungkinan lebih tinggi.

Lazzarini melalui akun media sosial X resminya menggambarkan kejadian di Jalur Gaza itu sebagai tonggak sejarah yang sangat suram di mata dunia. “Apa pun perselisihan mengenai jumlah korban, tidak ada perselisihan mengenai penderitaan yang sangat besar,” katanya.

Dia mengkritik bahwa banyaknya korban jiwa dari warga Palestina itu merupakan akibat langsung dari kegagalan kolektif dalam mencapai gencatan senjata. Mayoritas dari para korban tewas tersebut adalah wanita dan anak-anak.

“Di antara mereka yang tewas terdapat lebih dari 200 anggota tim UNRWA, lebih dari 100 wartawan dan terlalu banyak pekerja kesehatan,” ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement