Selasa 20 Aug 2024 00:52 WIB

Janji Aljazair buat Rakyat Gaza Jika Perbatasan Dibuka

Gaza menjadi kuburan akbar puluhan ribu syuhada.

Keterangan sumber Republika soal pemboman Israel di Masjid At-Tabiin di Gaza bagian Tengah, Sabtu (10/9/2024) subuh.
Foto: Dok Republika
Keterangan sumber Republika soal pemboman Israel di Masjid At-Tabiin di Gaza bagian Tengah, Sabtu (10/9/2024) subuh.

REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mengumumkan bahwa negaranya siap membangun tiga rumah sakit di Jalur Gaza jika perbatasan darat antara Mesir dan daerah kantong Palestina tersebut dibuka kembali.

Tebboune menyampaikan pernyataannya pada Ahad (18/8) saat berkampanye untuk pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 7 September, menurut seorang reporter Anadolu.

Baca Juga

“Jika perbatasan antara Mesir dan Gaza dibuka, kami akan membangun tiga rumah sakit dalam waktu 20 hari,” kata Tebboune, mengacu rumah sakit lapangan yang mampu dibangun militer Aljazair.

Dalam pencalonannya sebagai presiden, Tebboune menghadapi dua kandidat lainnya yakni Abdelaali Hassani Cherif yang merupakan pemimpin Gerakan untuk Masyarakat Damai (partai Islam terbesar), dan Youcef Aouchiche, sekretaris pertama Front Pasukan Sosialis (seorang sayap kiri dan partai oposisi tertua).

Pada Juni, saat pembukaan Pameran Internasional Aljazair, Tebboune telah menanyakan tentang kapasitas militer untuk membangun rumah sakit tersebut dan kelayakan untuk mengirim mereka ke Gaza dalam kondisi yang sesuai

Di hadapan para pendukungnya, Tebboune juga menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan ratusan dokter ke Gaza dan membantu membangun kembali apa yang telah hancur.

Ia mengecam situasi terkini di Gaza sebagai bukan perang, tetapi pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan Zionis, dan menegaskan bahwa penyelesaian masalah Palestina melalui pemusnahan warga Palestina tidak dapat diterima.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober tahun lalu oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.

Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan hampir 40.100 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 92.500 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade parah terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militer di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei.

Tel Aviv terus diserang

Sebuah bom meledak di Tel Aviv, Israel, pada Ahad (18/8/2024) malam di tengah kampanye genosida Israel di jalur Gaza. Polisi Israel dan badan intelijen dalam negeri Shin Bet menuding bom tersebut merupakan serangan teroris.

Pria yang membawa bom, meledak di dekat sebuah Sinagog. Pria tersebut tewas dan seorang pejalan kaki terluka, menurut polisi di tempat kejadian.“Sekarang dapat dipastikan bahwa ini adalah serangan teror,” kata polisi dan Shin Bet dalam pernyataan bersama pada Senin dilansir Reuters.

Ledakan pada Ahad waktu setempat terjadi sekitar satu jam setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv untuk mendorong gencatan senjata di Gaza yang akan mengakhiri perang 10 bulan antara Israel dan Hamas.

Ada peningkatan dorongan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di tengah kekhawatiran akan terjadinya eskalasi di wilayah yang lebih luas. Iran mengancam akan membalas Israel setelah pembunuhan mantan perdana menteri Palestina yang juga merupakan pimpinan Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli. Israel belum mengaku bertanggung jawab atas kematiannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement