REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Iran akan segera merespons Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, meskipun Palestina tidak menginginkan perang terjadi.
"Keputusan mungkin akan dibuat dalam beberapa hari ke depan atau bahkan beberapa jam ke depan," kata Abbas dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia TASS.
Ia lebih lanjut menerangkan tentang dialog intensif yang sedang berlangsung di antara banyak negara, terutama mengenai sejauh apa Iran akan menanggapi kematian Haniyeh.
Abbas mengharapkan AS, yang aktif terlibat dalam negosiasi, dapat menekan eskalasi konflik.
Pemimpin Palestina itu menegaskan bahwa isu utama adalah keputusan yang pada akhirnya akan dibuat oleh setiap negara dan risiko yang siap mereka ambil.
Ia juga mengkritisi AS karena menghalangi pengakuan internasional atas Palestina dan menghalangi proses perdamaian, meskipun banyak resolusi PBB telah diadopsi untuk menyelesaikan perang Israel di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Kementerian luar negeri Iran menolak seruan pemimpin negara-negara Barat untuk tak melakukan serangan terhadap Israel. Hal ini meningkatkan prospek serangan Isran yang disebut akan dilakukan pekan ini.
Juru Bicara Kemenlu Iran Nasser Kanaani mengatakan pada Selasa bahwa seruan untuk menahan diri dari Israel dari Perancis, Jerman dan Inggris “tidak memiliki logika politik dan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional”.
Ketiga negara Eropa mengeluarkan pernyataan pada hari Senin yang menyerukan Iran dan sekutunya untuk menahan diri dari serangan terhadap Israel menyusul pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik kelompok Islam Palestina Hamas, di Teheran bulan lalu. Teheran dan sekutunya Hamas dan kelompok Hizbullah menuduh Israel melakukan pembunuhan tersebut. Pemerintah Israel belum menyatakan tanggung jawab.