Selasa 13 Aug 2024 09:16 WIB

Sambut Haji Fachrodin, Prof Muchlas: Sejak Awal Tradisi Literasi Kuat di Muhammadiyah

MPI PP Muhammadiyah luncurkan buku tentang sosok pahlawan pers Islam, Haji Fachrodin.

Rektor UAD yang juga ketua MPI PP Muhammadiyah, Prof Muchlas MT.
Foto: dok ist
Rektor UAD yang juga ketua MPI PP Muhammadiyah, Prof Muchlas MT.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah terus mengembangkan tradisi literasi. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Muchlas MT.

Ia mengingatkan, lahirnya majalah Suara Muhammadiyah terjadi "hanya" berselang tiga tahun sejak pembentukan gerakan Islam tersebut, tepatnya pada 1915. Ini pun berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka.

Baca Juga

Keberlanjutan Suara Muhammadiyah sejak masa kolonial hingga saat ini tidak terlepas dari peran besar Haji Fachrodin. Murid pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, itu dikenang sebagai seorang tokoh pers yang merintis media massa, baik di lingkungan Persyarikatan maupun Indonesia pada umumnya.

"Haji Fachrodin dikenal sebagai singa podium dengan pemikiran yang luar biasa. Meskipun tanpa pendidikan formal, tulisan dan pidatonya sangat tajam dan berpengaruh,” ujar Prof Muchlas dalam acara peluncuran dan bedah buku Haji Fachrodin: Lokomotif Literasi dan Pers Islam di Grha Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (12/8/2024).

Sebagai bentuk penghargaan terhadap peran H Fachrodin dalam dunia literasi, MPI PP Muhammadiyah menyusun buku yang mendokumentasikan kiprah perjuangan tokoh tersebut.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) itu berharap, karya Roni Tobroni itu dapat semakin menguatkan memori masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah, akan perjuangan H Fachrodin. Buku tersebut juga menjadi sarana untuk mengedukasi generasi kini tentang peran penting para tokoh Muhammadiyah dalam masa pra-kemerdekaan RI.

"Harapannya, buku ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dan memicu aksi nyata dalam menggerakkan literasi di masa kini,” tutup Muchlas.

Penulis buku tersebut, Roni Tobroni, menuturkan, inspirasinya untuk lebih mendalami sosok H Fachrodin bermula dari keterlibatannya dalam penyusunan acara "Fachrodin Award." Ini merupakan sebuah ajang penghargaan bagi karya-karya jurnalistik terbaik yang mengangkat sejarah dan aktivitas lokal Muhammadiyah.

Menurut Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah itu, H Fachrodin bukan hanya seorang pahlawan nasional, tetapi juga simbol gerakan pers dan literasi di Muhammadiyah. Nama tokoh kelahiran tahun 1890 M ini sering disejajarkan dengan tokoh nasional lainnya, seperti Tirto Adhi Soerjo. Keduanya dikenang sebagai jurnalis kritis, terutama dalam melawan aturan-aturan pemerintah kolonial Belanda yang merugikan rakyat.

Namun, lanjut Roni Tabroni, berbeda dengan Tirto, H Fachrodin adalah tokoh pers yang berlandaskan pada gabungan antara nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman. "Melalui buku ini, saya ingin lebih mempertegas peran Fachrodin sebagai tokoh pers, terutama pers Islam,” ujar akademisi Universitas Muhammadiyah Bandung itu.

Selain Suara Muhammadiyah, H Fachrodin juga aktif dalam beberapa media lainnya, seperti Dunia Bergerak, Medan-Moeslimin, Islam Bergerak, dan Bintang Islam. Semua itu berperan penting dalam menyuarakan aspirasi umat Islam dan perjuangan nasional. Tokoh pers yang mengenyam pendidikan secara otodidak ini wafat dalam usia yang relatif muda, yakni 39 tahun.

photo
Peluncuran buku Haji Fachrodin Lokomotif Literasi dan Pers Islam di Grha Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (12/8/2024). - (dok ist)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement