Selasa 13 Aug 2024 07:51 WIB

Sebaran Masjid Kuno Jadi Bukti Hadirnya Diaspora Muslim di Asia Tenggara

Masjid didirikan di atas tiang, ada pula yang ditinggikan tanahnya.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wisatawan berkeliling di kawasan Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi. Saat ini Masjid Agung Demak menjadi ikon wisata Kabupaten Demak yang menjadi tujuan pariwisata.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Wisatawan berkeliling di kawasan Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi. Saat ini Masjid Agung Demak menjadi ikon wisata Kabupaten Demak yang menjadi tujuan pariwisata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebaran masjid kuno di wilayah Asia Tenggara menjadi bukti hadirnya masyarakat Muslim di berbagai tempat. Hal ini dapat ditelusuri dalam berbagai karya literatur ilmiah maupun populer. Salah satu karya klasik tentang masjid berjudul Masdjid dan Makam Doenia Islam terbitan Balai Poestaka Tahun 1932. 

Di dalam buku tersebut dapat dijumpai gambar atau foto hitam putih dan penjelasan ringkas masjid-masjid yang ada di tanah Hindia Belanda dan dunia Islam lainnya, termasuk di Singapura, Johor dan Malaka, demikian dijelaskan Dr. Isman Pratama Nasution dari Departemen Arkeologi Universitas Indonesia (UI) di UI Depok, belum lama ini.

Baca Juga

Isman menerangkan, menurut buku Masdjid dan Makam Doenia Islam, masjid di Hindia Belanda berbeda dengan di Kairo, yaitu masjid empat persegi panjang dan biasanya segala sisinya sama panjang.

Masjid didirikan di atas tiang dan ada pula yang ditinggikan tanahnya, atapnya putus-putus, terdiri dari dua tingkat atau lebih dan antara kedua tingkat itu biasanya terbuka saja. Masjid memiliki bubungan atap yang bentuknya menurut bentuk rumah lokal, di puncak masjid di Jawa terdapat mustika, serta tidak bermenara.

"Selain itu, diuraikan juga tentang makam para wali yang berada di dekat masjid, dan makam raja-raja. Makam umumnya bertulisan, sehingga diketahui siapa yang terkubur di sana," kata Isman. 

 

Masjid abad ke-16 hingga 20..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement