Senin 12 Aug 2024 18:31 WIB

Mediator: Yahya Sinwar Ingin Gencatan Senjata tapi Sikap Netanyahu tidak Jelas

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menginginkan kesepakatan gencatan senjata.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Top Hamas leader Sheikh Ismail Haniyeh (L) and leader of Hamas movement in Gaza Strip Yahya Al Sinwar (R) attend a Hamas rally to mark the group
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menginginkan kesepakatan gencatan senjata, itulah pesan yang disampaikan mediator Mesir dan Qatar kepada pejabat Israel dalam beberapa hari terakhir menjelang pertemuan puncak penting, kata seorang sumber Israel yang mengetahui masalah tersebut.

Apakah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menginginkan gencatan senjata? Itu masih diselimuti ketidakpastian.

Baca Juga

Sekutu Netanyahu telah memberi tahu wartawan dan pejabat pemerintah lainnya bahwa perdana menteri Israel siap membuat kesepakatan, terlepas dari dampaknya pada koalisi pemerintahannya, kata dua sumber Israel. Namun, lembaga keamanan Israel tetap jauh lebih skeptis terhadap kesediaan Netanyahu untuk membuat kesepakatan mengingat pertentangan keras dari menteri sayap kanan dalam koalisinya.

"Tidak seorang pun tahu apa yang diinginkan Bibi (Netanyahu)," kata seorang sumber Israel, merujuk Netanyahu dengan nama panggilannya yakni Bibi, dikutip dari laman CNN, Senin (12/8/2024)

Yang jelas adalah bahwa Netanyahu akan menghadapi tekanan besar pekan ini dari Amerika Serikat (AS) untuk menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

Namun, bahkan saat para mediator memberi tahu Israel bahwa Sinwar menginginkan kesepakatan, Hamas pada hari Ahad meragukan partisipasinya dalam putaran negosiasi gencatan senjata berikutnya yang dijadwalkan pada Kamis, dengan mengatakan telah meminta para mediator untuk menerapkan rencana gencatan senjata berdasarkan pembicaraan gencatan senjata sebelumnya seperti yang diajukan oleh Presiden AS, Joe Biden dan Dewan Keamanan PBB pada Juli.

“Karena kepedulian dan tanggung jawab terhadap rakyat kami dan kepentingan mereka, gerakan ini menuntut para mediator untuk menyampaikan rencana untuk melaksanakan apa yang mereka sampaikan kepada gerakan dan disetujui pada tanggal 2 Juli 2024, berdasarkan visi Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB, dan untuk memaksa pendudukan untuk melakukannya, alih-alih melakukan putaran negosiasi lebih lanjut atau proposal baru,” bunyi pernyataan Hamas.

Hamas mengindikasikan bahwa sikap terbarunya dipengaruhi oleh serangan Israel pada hari Sabtu di sebuah sekolah di Gaza yang membuat sedikitnya 93 orang wafat, menurut pejabat setempat.

Halaman selanjutnya ➡️

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement