Ahad 11 Aug 2024 17:31 WIB

5 Hal dari Pro Kontra Nasab Ba Alawi Muara Keturunan Habib Ini Sudah Keterlaluan

Pro kontra nasab habaib di Indonesia telah melampaui batas

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi habaib. Pro kontra nasab habaib di Indonesia telah melampaui batas
Foto:

Keempat, generalisasi yang berbahaya

Di antara yang kelewatan dari polemik nasab habib di Indonesia adalah generalisasi yang berbahaya. Generalisasi berpikir dan generalisasi dalam bersikap.

Generalisasi bersikap itu misalnya menegasikan seluruhnya nasab habaib di Indonesia terputus sama sekali, dengan menafikan kemungkinan adanya pendapat lain yang menyatakan ketersambungannya.

Di saat yang sama, menafikan nasab walisongo tersambung dengan Rasulullah SAW secara keseluruhan.

Demikian juga dalam bersikap memandang dan memperlakukan orang lain. Di setiap kelompok pasti ada oknum. Misalnya, terdapat oknum habib yang melenceng, tetapi bukan berarti kita memvonis semua Habib atau semua kiai telah menyimpang dari agama.

Dalam kitabnya at-Tafkir al-Mudhui fi al-Islam, Fuad al-Banna menulis demikian:

إن التعميم لا يجوز في المنطق الإسلامي، حتى في الدعاء، فلم يثبت أن الرسول صلى الله عليه وسلم دعا على أي من الكفار لكفرهم، لكنه دعا على المعتدين منهم، وهنا لن تجد أي مجتمع يتصف بصفات الاعتداء برمته، فهناك دوما من يكرهون ذلك.

ولتقرير حقيقة المسؤولية الفردية وحرمة التعميم جاء في الحديث الشريف أن أبا هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ( قرصت نملة نبيا من الأنبياء فأمر بقرية النمل فأحرقت، فأوحى الله إليه أن قرصتك نملة أحرقت أمة من الأمم تسبح ) [1] . [ ص: 185 ]

وفي سياق تحريم التعميـم أورد القرآن أنه حـتى في إطـار الجمادات لا يصح هذا التعميم، فمخلوق مثل الحجارة الصماء، ليست بذلك السوء الذي يظنه المشاهد لها، لاشتمالها على صور من الخير، كما قال تعالى: ( وإن من الحجارة لما يتفجر منه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه الماء وإن منها لما يهبط من خشية الله ) (البقرة:74) ، وقال: ( لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله )

وبين لنا القرآن أن هناك استثناءات صالحة في دوائر الفساد نفسها، حيث لا وجود للشر المطلق والخير المحض، قال تعالى: ( والشعراء يتبعهم الغاوون * ألم تر أنهم في كل واد يهيمون * وأنهم يقولون ما لا يفعلون * إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وذكروا الله كثيرا وانتصروا من بعد ما ظلموا وسيعلم الذين ظلموا أي منقلب ينقلبون ) (الشعراء:224-227).

"Generalisasi tak boleh dalam logika Islam. Sekalipun dalam doa misalnya, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi SAW mendoakan celaka orang kafir atas kekufuran mereka, tetapi beliau mendoakan orang-orang yang suka melakukan penyerangan di antara mereka, dan di sini tidak ada masyarakat yang memiliki ciri-ciri penyerangan sejak awal, pasti ada yang membencinya.

Untuk menetapkan fakta tanggung jawab individu dan larangan generalisasi, Abu Hurairah RA berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda, "Ada semut yang menggigit seorang Nabi dari nabi-nabi terdahulu lalu Nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut-semut itu maka kemudian Allah mewahyukan kepadanya, firman-Nya: "Hanya karena gigitan sesekor semut makai kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih."

Dalam konteks larangan generalisasi, Alquran memberikan contoh bahwa bahkan dalam konteks benda mati, generalisasi seperti itu tidak berlaku. M

akhluk seperti batu yang tuli tidak seburuk yang dipikirkan oleh orang yang melihatnya, karena mengandung bentuk-bentuk kebaikan, seperti yang difirmankan oleh Yang Mahakuasa:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Baqarah: 71). Dan firman-Nya:

لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

"Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir." (QS al-Hasyr: 21).

Kelima, bahaya provokasi masing-masing kubu untuk saling membenci dan menebar permusuhan, bahkan hingga ke level akar rumput. Rasulullah SAW telah memperingatkan bahayanya.

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ ابْنِ أَبِي الْحُسَيْنِ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْمٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّهُ وَشِرَارُ عِبَادِ اللَّهِ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ الْبَاغُونَ الْبُرَآءَ الْعَنَتَ

Baca juga: Coba Cari Kesalahan Alquran, Mualaf Lamaan Ball: Tuhan Jika Engkau Ada, Bimbinglah Aku

“Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu Abul Husain] dari [Syahr bin Hausyab] dari [Abdurrahman bin Ghanm] dan sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Sebaik-baik hamba Allah ialah hamba yang senantiasa mengingat Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang suka mengadu domba, suka memecah belah antara orang-orang yang saling mengasihi, serta mereka yang suka berbuat zhalim, mencerai-beraikan manusia dan selalu menimbulkan kesusahan." (HR Ahmad). Riwayat lain dengan redaksi berbeda juga dinukilkan Imam al-Bukhari dalam Kitabnya, al-Adab al-Mufrad.

قال ابن حجر الهيتمي في كتابه الزواجر: قال الحافظ المنذري أجمعت الأمة على تحريم النميمة، وأنها من أعظم الذنوب عند الله ـ عز وجل ـ

Ibnu Hajar al-Haitami, dalam kitabnya, az-Zawajir mengatakan, “al-Hafizh al-Mundziri menyatakan, “Ulama sepakat haramnya adu domba dan perbuatan ini termasuk sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Ta’ala.”

Pro kontra...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement