REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Sekelompok warga Israel yang religius terlihat sedang melakukan latihan ritual sapi betina merah. Hal itu dilakukan mereka untuk menandai pembangunan kuil Yahudi baru di lokasi Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, Palestina.
Menurut tradisi Yahudi, abu sapi betina merah yang sempurna diperlukan untuk pemurnian ritual yang akan menjadi syarat dibangunnya kuil ketiga di Yerusalem.
Kuil itu, kata kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di dataran tinggi di Kota Tua Yerusalem yang dikenal sebagai Temple Mount, tempat Masjid Al-Aqsa dan kuil Kubah Batu berdiri saat ini.
Sebagian orang percaya bahwa ini akan menandai kedatangan mesias dan kiamat dunia.
"Para penyembah kuil kini menjalankan mitzvah (tugas keagamaan) seekor sapi merah di depan Temple Mount, yang akan memungkinkan kembalinya kemurnian dan ketaatan terhadap semua mitzvah kuil," tulis jurnalis Yinon Magal pada Selasa lalu bersama dengan gambar aktivis dari Temple Institute, dilansir dari laman Middle East Eye, Sabtu (10/8/2024).
Pada tahun 2022, lima sapi betina merah tiba di Israel dari sebuah peternakan di Texas dan kini dipelihara di sebuah taman arkeologi di sebelah Shilo, sebuah pemukiman ilegal Israel di dekat kota Palestina Nablus.
The Temple Institute mengimpor sapi betina tersebut untuk tujuan akhir menggunakan mereka dalam sebuah ritual setelah bertahun-tahun mencari sapi yang bebas cacat, tanpa bulu putih atau hitam yang menyimpang.
Sapi merah pada akhirnya akan akan disembelih di Bukit Zaitun, menurut para pendukung, itu digunakan untuk mensucikan orang-orang Yahudi sehingga mereka dapat melakukan ritual dan beribadah di situs Masjid Al-Aqsa.
Penelitian oleh seorang profesor di Universitas Bar Ilan memperkirakan bahwa abu seekor sapi dapat dibuat menjadi air pembersih yang cukup untuk 660 miliar pemurnian.
Sapi yang dipraktikkan dalam gambar Magal tampaknya bukan salah satu dari lima sapi betina merah dari Shilo.
Situs tradisional ritual tersebut, Bukit Zaitun, terlihat di latar belakang di sisi lain Masjid Al-Aqsa, yang menunjukkan bahwa latihan tersebut dilakukan di dalam Kota Tua.
Status quo di Yerusalem telah lama menyatakan bahwa doa orang Yahudi dilarang di dataran tinggi di Yerusalem Timur yang diduduki.
Situs tersebut diyakini sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno. Orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Tembok Barat, yang membentang di sepanjang satu sisi bukit dan dianggap sebagai bagian terakhir yang tersisa dari Kuil Yahudi Kedua yang dihancurkan oleh orang Romawi pada tahun 70 M.
Pembatasan terhadap non-Muslim yang memasuki masjid telah diberlakukan sejak status quo Ottoman yang menetapkan situs-situs suci Yerusalem untuk sekte-sektenya ditetapkan pada tahun 1757.
Kepala Rabbi Yerusalem juga, sejak tahun 1921, secara resmi melarang orang Yahudi memasuki Temple Mount. Ia memutuskan bahwa orang Yahudi dilarang memasuki situs tersebut kecuali "bersih secara ritual" yang tidak mungkin dilakukan tanpa abu sapi betina merah.
Selama seabad terakhir, kelompok-kelompok Zionis religius termasuk Temple Institute telah menganjurkan kembalinya ibadah orang Yahudi di Al-Aqsa, dengan beberapa bahkan menganjurkan pembongkaran masjid dan pembangunan kembali kuil.
Sumber:
https://www.middleeasteye.net/news/israel-practise-red-heifer-ritual-al-aqsa